Suka Susu Mama

Suka Susu Mama
Namaku Angga. Umurku 15 tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adik kecilku yang cantik, Shita, masih berumur 1 tahun dan masih menyusui. Sering aku mendapatkan kesempatan melihat Shita menyusu pada buah dada Mamaku yang indah. Mamaku bernama Rahayu, umurnya 35 tahun. Tentu saja dia masih terlihat sangat cantik.

Seharusnya tidak ada yang aneh ketika melihat mamaku menyusui Shita, tapi sejak aku mengenal bokep, aku jadi berpikiran kotor tiap melihat buah dada mamaku yang terpampang bebas itu. Aku bahkan sering berpikir-pikir sendiri bagaimana rasanya air susunya. Apakah manis? Atau hambar? Karena aku tidak bisa mengingat bagaimana rasanya dulu.

Akhirnya tiap mamaku menyusui Shita, aku selalu berusaha agar aku berada di depannya. Tentunya agar aku dapat dengan leluasa melihat buah dadanya yang mengalirkan air susu itu ke mulut adikku. Pemandangan yang seharusnya penuh kasih sayang, malah menjadi objek fantasi mesumku. Sering setelah selesai memperhatikan mamaku menyusui, aku kemudian mengurung diri di dalam kamar untuk beronani, tentu saja yang menjadi objek onaniku adalah mamaku, khususnya buah dadanya.

Awalnya mamaku tidak tidak terlalu mempedulikan keberadaanku, tapi setelah beberapa kali setiap dia menyusui Shita aku selalu berada di depannya, diapun sepertinya merasa risih juga dan akhirnya menegurku.

“Sayang.. Kenapa sih kamu liatin mama nyusuin adikmu terus?”

“Eh, g-gak ada apa-apa kok ma”

“Beneran? Kamu cemburu ya sama adikmu?” tebak mamaku.

“Cemburu? Kenapa harus cemburu ma?”

“Mama pikir kamu cemburu karena juga ingin minum susu kayak Shita” godanya sambil tersenyum manis padaku.

“Bu-bukan kok ma, tapi cemburu juga sih dikit, hehe” Tentu saja bukan karena cemburu alasanku selalu memperhatikan buah dadanya, tapi karena aku selalu berfantasi mesum setiap melihatnya menyusui adikku.
“Emang gak boleh ya ma kalau aku menyusu lagi?” ujarku berani untung-untungan.

“Hihihi… Kamu kan udah gede. Masa masih nyusu ke mamamu juga sih?” tawanya yang membuat buah dadanya berayun.

“Gak apa kan ma? Kan aku anaknya mama juga”

“Tapi tetap aja gak pantas anak seumurmu itu masih nyusu. Udah ah sana, jangan lihatin mama nyusuin Shita terus” ujarnya kemudian.

Meskipun dia menyuruhku pergi, tapi aku tetap saja terus berada di sana. Mengetahui mama tidak lagi menegurku aku merasa senang sekali. Akupun lanjut terus memandangi buah dadanya sambil pikiranku melayang kemana-mana. Ingin sekali rasanya aku di sana menggantikan posisi adikku yang sedang menyusu itu. Mama akhirnya pasrah saja dan membiarkan aku terus di depannya. Bahkan entah kenapa rasanya mama seperti berlama-lama menyusui Shita, seolah sengaja memanjakan mataku yang selalu penasaran dengan buah dadanya yang indah itu.

“Sayang…” panggil mamaku beberapa saat kemudian. Ku rasa mama hendak menegurku lagi.

“I-iya ma?”

“Mama tahu kok kalau kamu penasaran dengan buah dada mama. Selama ini kamu bahkan selalu berpikiran jorok kan setiap melihat mama menyusui adikmu? Kelihatan lho dari matamu” ujar mamaku yang membuat aku jadi salah tingkah.

“Eh, i-itu…” kataku mencoba menyangkal, tapi aku terlalu grogi karena tebakan mamaku benar adanya.

“Gak usah gemetaran gitu. Itu normal kok untuk anak laki-laki seusiamu. Kalau kamu ingin melihat boleh saja, tapi hanya melihat saja yah, gak boleh lebih” ujar Mama sambil tersenyum. Aku tak menyangka mama akan berkata seperti itu. Aku pikir tadi dia akan marah. Tapi mendengar mama berkata seperti itu aku malah tidak tahu apa yang sebaiknya aku lakukan.

“Be-beneran ma?” tanyaku memastikan.

“Iya… tapi tidak lebih dari melihat saja. Mama ngerti kok kalau kamu sedang penasaran-penasarannya dengan tubuh wanita. Walau mama tidak menyangka kalau malah tubuh ibu kandungmu sendiri yang kamu jadikan objek fantasi, bandel yah kamu, hihihi” ucap mama tertawa kecil. Aku hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.

“Sebentar lagi kamu UN kan? Sebagai gantinya, mama minta kamu untuk lebih rajin belajarnya. Bisa kan?” lanjutnya lagi.

“Bi-bisa Ma”

“Janji?”

“Iya Ma, aku janji” ucapku.

“Bagus… Ya sudah, mama masih ingin terus menyusui adikmu, kalau kamu masih pengen lanjut lihat silahkan, kalau mau pergi juga silahkan” ujar mama sambil senyum-senyum.

“Pengen di sini aja Ma”

“Dasar kamu, udah mama duga kok” ujarnya dengan tertawa kecil lagi. Mamapun kembali konsentrasi menyusui Shita, sedangkan aku juga konsentrasi memandangi buah dadanya dengan pikiran jorok melayang kemana-mana.

Sejak saat itu jadilah aku tanpa sungkan lagi selalu berada di depan mama tiap kali dia menyusui adikku. Mama tidak pernah menegurku lagi. Selalu memanjakan mataku dengan menunjukkan buah dadanya yang sedang menyusui itu untuk aku fantasikan sesuai khayalan jorokku. Bahkan pernah mama sendiri yang menawarkan padaku jika aku pengen melihat.

“Mama mau menyusui adikmu, apa kamu pengen lihat sayang?” begitu ucapnya. Kalau ditawari begitu tentu saja dengan senang hati aku mengiyakan tawarannya.

Saat menyusui Shita, dia juga pernah membuka kedua cup branya untuk menunjukkan buah dada yang satunya padaku. Sungguh pemandangan yang membuat aku panas dingin. Khayalan jorokku semakin melayang-layang dibuatnya. Dan seperti biasa, setiap setelah melihatnya menyusui Shita, aku pasti akan langsung beronani di dalam kamar atau kamar mandi.

Mama juga seakan menggetahui kalau aku selalu tidak tahan ingin mengeluarkan isi buah zakarku sehabis memandangi buah dadanya.
“Udah sana keluarin ke kamar mandi, mama udahan nyusuin adikmu” ucapnya.

Tentunya perbuatanku ini hanya bisa ku lakukan bila tidak ada papa di rumah, karena bila ada papa aku pasti akan kena tegur olehnya karena selalu melihat buah dada mama.

Semakin hari aku semakin menginginkan hal lebih. Aku berharap mendapatkan hal yang lain dari sekedar hanya melihat mama menyusui. Hingga suatu hari akupun iseng memintanya pada mama.

“Ma, aku boleh gak ikutan nyusu?” pintaku untung-untungan.

“Kamu ini… kan udah mama bilang hanya boleh melihat saja” jawabnya.

“Cuma pengen coba sedikit aja kok Ma…”

“Duuuuuh… Kamu ini kok sepertinya penasaran sekali sih ingin menyusu lagi?”

“Iya ma, aku penasaran”

“Kan udah mama bilang, kalau kamu itu udah gede. Hmm… Kalau kamu mau nanti mama perahin untuk kamu deh ke gelas” balasnya. Aku hanya diam karena agak kecewa, tentu saja aku menginginkan dapat menyusu langsung padanya. Yah, tapi ku pikir tidak ada salahnya juga mencoba air susunya yang sudah ditampung di gelas. Itu sudah cukup membuat fantasiku semakin liar.

Setelah menyusui Shita, mama lalu mengajakku pergi ke dapur. Ternyata dia ingin memberiku tontonan bagaimana dia memerah susunya ke dalam gelas. Aku senang sekali sekaligus deg-degkan dibuatnya. Mama kemudian membuka daster dan bra-nya.

“Silahkan kalau kamu ingin mengkhayal” ucapnya sambil senyum-senyum lalu mulai memerah buah dadanya sendiri. Argh… sungguh pemandangan yang luar biasa. Aku konak bukan main melihatnya. Air susunya tampak mancur-mancur dan menetes cukup kencang ke dalam gelas.

“Ini yang kamu suka? Kamu suka melihat air susu ibu kandungmu ini tumpah-tumpah ke gelas?” Godanya sambil tersenyum manis.

“I-iya ma” jawabku gagap karena saking groginya. Mama terus memerah buah dadanya hingga beberapa saat kemudian gelas kecil itu telah terisi setengahnya.

“Ini, mama pikir cukup segini” ucapnya sambil menyerahkan gelas itu padaku. Dengan bersemangat dan juga grogi aku raih gelas itu dan meminumnya. Rasanya cenderung tawar, tapi memang bukan rasanya yang ingin aku cari, tapi sensasinya. Sungguh membuat aku belingsatan saat itu. Aku meminum air susunya dengan penis ngeceng maksimal.

“Enak?”

“E-enak Ma”

“Udah hilang kan penasarannya?” tanyanya lagi, aku hanya cengengesan. Tentu saja itu belum cukup, aku masih ingin yang lebih dari ini. Mamapun sepertinya tahu kalau bukan ini yang sebenarnya aku inginkan. Senyumnya terus saja menggodaku.

“Kurang Ma… boleh minta lagi?” pintaku karena melihat mama akan mengenakan pakaian dan branya kembali. Aku belum puas dan ingin melihat buah dadanya terus.

“Cukup itu dulu yah hari ini, besok kalau kamu mau akan mama perah lagi untuk kamu. Ya sayang?”

“I-iya deh ma” jawabku menuruti saja, aku tidak ingin juga terlalu memaksa.

“Udah sana kamunya ke kamar mandi, lepasin dulu biar plong, hihi” suruhnya yang langsung aku turuti. Aku lalu mengambil sisa-sisa air susu yang ada di gelas kemudian ku tampung ke tanganku, yang kemudian aku gunakan untuk dibalurkan ke penisku saat aku ngocok. Sensasinya sungguh luar biasa. Aku muncrat sangat banyak dengan cara seperti itu.

Hari-hari selanjutnya aku jadi rutin selalu minum air susu perahan mama di dalam gelas. Sepertinya nilai pelajaranku bertambah bagus karena tiap hari meminum ASI nya. Mama sungguh baik mau menyisihkan susunya untukku. Melihat dia menyusui si kecil, lalu minum air susunya di gelas, kemudian lanjut dengan onani, begitu terus aktifitasku setiap hari. Mama selalu memerah air susunya untuk ku minum, aku juga memerah isi kantong zakarku setelahnya.

“Sekarang kamu gak cemburu lagi kan sayang? Kamu juga udah dapat, semua anak mama sudah kebagian susu” ujarnya.

“Tapi air susu mama gak habis kan?”

“Nggak kok, malah mama pikir jadi semakin bertambah banyak gara-gara kamu ikut-ikutan nyusu” jawabnya dengan tertawa kecil. Aku ikut senang, karena semakin banyak air susu di buah dadanya, berarti jatahku juga semakin banyak. Terlihat dari yang dulunya hanya setengah gelas, kini hampir satu gelas penuh. Sewaktu mama memerah buah dadanya, air susunya juga menyemprot lebih kencang, yang tentunya semakin memanjakan mataku, anak kandungnya.

Berkali-kali aku juga masih mencoba peruntunganku untuk dapat menyusu langsung padanya, tapi mama selalu menolaknya. Hingga suatu hari mama sepertinya capek dengan aku yang terus saja mendesaknya.

“Kalau kamu memang penasaran, tungguin mama nanti malam setelah papamu tidur” ujar mama akhirnya setelah aku desak terus. Aku girang bukan main mendengarnya. Akhirnya yang aku idam-idamkan datang juga. Mama membolehkan aku untuk menyusu langsung padanya.

“Berarti siang ini tidak ada jatah susu untukmu yah sayang…” sambung mama lagi.

“Iya ma, gak apa”

“Dasar kamu ini, senang yah kamunya? Berarti onaninya juga diundur nanti malam dong sayang?” godanya.

“Iya ma, hehe. Gak apa kan ma?”

“Terserah kamu, dasar anak nakal” ucap mama menjawil hidungku dan menarik-nariknya. Ah… kurasa aku semakin jatuh cinta padanya, pada ibu kandungku yang cantik ini. Aku sebenarnya ingin meminta nyusu sekarang saja, tapi ku urungkan karena ku pikir sudah bagus mama mau memenuhi kemauanku.

~~

Malamnya aku menunggu mama dengan antusias di kamarku. Rasanya lama sekali. Waktu masih menunjukkan pukul 10 malam, mereka biasanya baru masuk ke kamarnya jam 11 malam setelah menonton sinetron. Saking lamanya menunggu aku bahkan sampai ketiduran dibuatnya. Hingga akhirnya sekitar jam 1 malam mama masuk ke kamarku dan membangunkanku. Ternyata mama membawa serta si kecil Shita ke kamarku. Katanya biar gak susah kalau tiba-tiba adikku menangis dan rewel.

Aku sangat senang mama benar-benar datang, tapi aku juga berdebar-debar menanti hal baru yang sangat aku impikan ini.

“Benar kan Ma kalau aku boleh nyusu?” tanyaku lagi seakan belum percaya.

“Iya…” jawab mama dengan senyum manis. “Nilai-nilai sekolahmu mama liat semakin bagus. Jadi mama pikir tidak apa-apa memberimu sedikit hadiah, membolehkanmu mencobanya sedikit” sambungnya lagi.

“Makasih Ma, aku senang banget”

“Dasar kamu, ya sudah… mau sekarang?”

“Iya ma” Jawabku girang.

“Tapi jangan berisik yah… Bisa gawat kalau papamu tau kalau kamu yang sudah segede gini masih netek ke mamanya” godanya sambil cekikikan. Dia lalu meletakkan si kecil di atas ranjang. Mama kemudian mengikat rambutnya dan mulai menyingkap dasternya dan branya. Semuanya dilakukan secara perlahan hingga kedua buah dadanya yang bening mulus yang penuh berisi susu dengan hiasan urat-urat hijau itu terpampang di hadapanku. Sungguh pemandangan yang membuat aku konak.

“Kamu siap sayang?” tanyanya sambil mengerling padaku.

“I-iya mah”

Mama kemudian naik ke tempat tidur dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Aku juga segera menyusul mama naik ke tempat tidur, langsung terburu-buru mendekatkan mulutku ke buah dadanya. Tapi belum sampai bibirku mengenai buah dadanya, tiba-tiba Mama menahan kepalaku dengan tangannya seperti menyetop.

“Kamu nyusu atau nafsu sih?” tanyanya kemudian.

“Nyu-nyusu Ma….”

“Jangan buru-buru gitu dong sayang… Mama gak kemana-mana kok. Ingat gak boleh berisik, nanti si kecil dan papamu bisa bangun” ujarnya.

“I-iya ma… maaf”
Mama tersenyum dan melepaskan tangannya dari kepalaku. Aku kemudian maju lagi dengan perlahan ke arah buah dadanya. Hingga akhirnya kini mulutku berhasil menyentuh putingnya. Ahhhh, baru merasakan puting buah dadanya pada bibirku saja sudah bikin aku belingsatan.

“Kamu masih ingat caranya menyusu? Disedot yang pelan aja yah… kamu itu sudah punya gigiiii” ucap mama manja. Aku kemudian mencoba mengenyot buah dada ibu kandungku ini. Air susunya langsung mengalir dengan lancar melewati kerongkonganku. Begitu hangat dan nyaman. Rasanya terasa jauh lebih nikmat dari pada minum dari gelas.

“Enak?” tanyanya yang hanya ku balas dengan anggukan. Aku terlalu fokus untuk menikmati buah dadanya. Sensasinya sungguh luar biasa. Di bawah sana penisku juga ngaceng maksimal dari balik celana.

Awalnya aku hanya meminum susunya seperti biasa, tapi lama-lama aku mulai iseng memainkan putingnya dengan lidahku, putingnya juga ku gigit-gigit. Tentu saja itu memancing protes dari mama.

“Sayang… yang benar dong nyusunya” ucapnya. Aku memang menuruti, tapi beberapa saat kemudian aku mengulanginya lagi memainkan putingnya dengan lidah dan gigiku.

“Sayannngggg” tegurnya diiringi rintihan, akupun berhenti dan menyusu seperti biasa lagi, tapi beberapa saat kemudian ku ulangi lagi. Begitu terus hingga akhirnya mama malah capek sendiri mengingatkanku. Jadilah selanjutnya aku dapat dengan leluasa menggigit-gigit serta menyapu lidahku pada puting buah dadanya.

Sudah cukup lama aku menempelkan bibirku pada pucuk payudaranya. Posisi mamaku kini tidak duduk seperti tadi lagi, tapi sudah berbaring telentang ditindih olehku, anak kandungnya yang sedang menghisap ASInya habis-habisan. Entah sudah berapa banyak air susunya yang masuk ke lambungku. Rasanya aku tidak ingin melepaskan bibirku dari sana. Dari tadi yang terdengar hanya suara decakan mulutku pada buah dadanya saja, sesekali juga terdengar suara rintihan kecil mama karena aksi gigitanku. Daster yang mama kenakan kini semakin turun hingga menggantung di pinggangnya karena aku yang semakin heboh menyusu. Bahkan karena aku yang terlalu berisik, si kecil Shita yang berada di samping kami sampai terbangun dari tidurnya, untung saja dia tidak merengek menangis.

“Tuh, adikmu sampai bangun. Kalau udah kenyang udahan dong Angga…” ujar mama menjawil hidungku. Aku tidak mempedulikan ucapan mama dan kembali membenamkan kepalaku lagi ke buah dadanya. Ya, semakin lama aku bukan seperti menyusu lagi pada mama, tapi mencabulinya! Aku yang sudah kenyang minum susu, dari tadi memang hanya memainkan buah dada ibuku ini saja. Tidak hanya putingnya, tapi seluruh permukaan buah dadanya kini sudah basah oleh liurku karena jilatan lidahku. Gigitanku pada puting buah dadanya juga semakin keras, aku juga mulai berani menarik-narik putingnya dengan gigitanku. Tidak ada penolakan berarti darinya, palingan hanya menjauhkan kepalaku saja, tapi aku dengan cepat segera menyambar buah dadanya lagi.

“Ngh… Shita sayang…. Lihat nih abangmu nakal, minum susu mama gak ingat-ingat jatah untuk kamu” ucap mama dengan nada manja menoleh pada Shita. Mendengar hal itu aku justru lebih semangat memainkan mulutku pada buah dadanya. Seakan betul-betul ingin mengambil seluruh jatah air susu dalam buah dadanya ini untukku.

“Udah Angga sayang… cukup yah…” ujar mamaku lagi mendorong kepalaku, sejenak aku memperhatikan keadaan mamaku. Dia terlihat sangat seksi dengan tubuh setengah telanjang seperti ini, ikat rambutnya sudah lepas, badannya mengkilap karena berkeringat. Betul-betul menggoda syahwatku. Akupun dengan cepat segera kembali menyosor buah dadanya.

“Nghh… sayang… udahaaaaan. Mau sampai kapan sih kamu menyusunya?” tanya mamaku yang sepertinya sangat kerepotan dengan aksiku yang semakin cabul. Aku lagi-lagi tidak menjawab karena saking birahinya saat ini. Tubuhku juga ikut berkeringat seperti mama. Panas.

Air susu mama kini kebanyakan bukan masuk ke mulutku lagi, tapi malah meluber membasahi sprei tempat tidurku. Pemandangan serta sensasi erotis ini sungguh membuat aku tidak tahan. Aku sudah menahan coli seharian dan saat ini sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku pikir aku akan segera muncrat.

“Kalau kamu udah gak tahan, sana lepaskan di kamar mandi” ujarnya yang sepertinya tahu kalau aku sudah tidak tahan, tapi aku masih belum mau beranjak. Sambil memainkan buah dadanya dengan mulutku, pinggulku kini sudah naik turun menggesek-gesek di paha ibu kandungku.

“Sayang!?” panggil mamaku yang tampaknya terkejut dengan aksiku yang jelas-jelas sedang berbuat cabul terhadapnya. Tapi beliau tidak benar-benar mendorong dan memprotesku, jadi akupun terus melakukan aksiku itu. Hingga sampai suatu saat aku tidak tahan lagi menahan laju spermaku, sebenarnya aku sudah berniat ingin berhenti dan segera berlari ke kamar mandi, tapi aku terlalu terbawa suasana hingga jadinya tak ada waktu lagi dan…

“Nghh…. Maaaaa…”
Croooottt croooootttt…
Ahh…. Aku muncraaaat!! Di celana!! Spermaku keluar saat aku baru saja ingin bangkit. Aku yang sedang tengkurap di atas tubuh mama kejang-kejang merasakan betapa nikmatnya orgasme yang sedang terjadi.

Mamaku mengernyit melihatku dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Hingga akhirnya dia sadar kalau aku sedang orgasme. Mengetahui hal itu mama malah cekikikan menahan tawa.

“Hihihi, tuh kan kamu keluar…. Bandel sih… jadi kotor kan celanamu…” ucapnya. Aku hanya cengengesan dan beranjak ke samping mama. Tampak celanaku sangat basah, aku muncrat sangat banyak barusan.

“Sana bersihin. Udah cukup untuk malam ini. Mama mau kembali ke kamar” katanya kemudian bangkit dan membetulkan dasternya. Mama kemudian menggendong Shita dan kembali ke kamarnya. Aku juga setelah itu mengganti pakaianku dan bersih-bersih. Ku lihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam, ternyata lebih dari 1 jam aku menyusu pada mama. Akupun tidur setelah itu, aktifitas barusan betul-betul membuat aku mengantuk. Ku pikir aku aka tidur nyenyak malam ini.

~~

Besok siangnya, ketika papa kerja, aku meminta nyusu lagi pada mama. Aku betul-betul ketagihan dengan yang aku rasakan kemarin. Tentunya aku tidak mau jika hal itu hanya terjadi sekali saja. Namun ternyata mama tidak membolehkanku menyusu siang itu.

“Kalau siang ini jatah untuk adekmu yah sayang” alasannya. “Kalau kamu mau sabar nunggu sampai malam, air susu mama pasti tersedia lebih banyak. Kamu bebas nanti mau apakan saja air susu mama ini. Mau kamu minum silahkan, mau kamu mainkan juga silahkan. Mama tahu kok fantasimu itu lebih dari sekedar minum susu” lanjutnya lagi dengan senyum-senyum. Aku jadi ngaceng mendengarnya.

“Eh, i-iya deh Ma… “ kataku akhirnya setuju dengan penawaran mama.

“Asal kamu bisa kontrol diri aja nanti malam, tetap ingat lho kalau mama ini ibu kandung kamu. Kita gak boleh sampai begituan. Ini yang sudah mama perbuat untukmu bisa dibilang tidak pantas lho, tapi demi anak mama tersayang, mama mau deh turutin” terangnya sambil mengusap-ngusap kepalaku.

“I-iya ma… aku ngerti” jawabku. Ya… aku memang sering berfantasi untuk menyetubuhi ibu kandungku sendiri, meskipun aku tidak yakin hal itu akan benar-benar terjadi. Apapun itu, aku sungguh bahagia punya ibu kandung seperti Mama.

“Dan yang terpenting jangan lupa belajar, mama mau nilai kamu bagus terus” lanjutnya.

“I-iya Ma…

Akupun dengan antusias menunggu tengah malam tiba. Namun sepanjang siang itu aku masih selalu akan berada di depan mama ketika dia sedang menyusui adikku. Sengaja ku lakukan hal itu untuk mengumpulkan birahiku agar dapat ku ledakkan habis-habisan nanti malam. Mamapun tanpa sungkan membolehkan aku bila ingin melihatnya menyusui adikku.

Malamnya, sama dengan jam kemarin, mamapun datang lagi ke kamarku. Mama terlihat sangat cantik dengan gaun tidur putih yang dia kenakan. Dia juga tetap membawa Shita dengan alasan biar aman kalau dia rewel dan menangis tidak akan membangunkan papa, karena memang gawat kalau papa mengetahui apa yang istrinya ini lakukan pada anak kandungnya sendiri.

“Kenapa Angga? Udah gak sabar yah kamunya?” goda mama melihat aku sudah berdiri di depan pintu menantinya.

“Iya ma, pengen minum susu, hehe”

“Minum susu sambil cabuli ibu kandungmu sendiri kan? Dasar… Tapi kalau nanti malah keburu keluar lagi spermanya gimana tuh? Kotor lagi ntar celanamu”

“Hehe, kemarin itu nggak sengaja kok Ma” balasku membela diri.

“Kamu sih… Udah mama bilangin juga kalau udah mau keluar itu buruan ke kamar mandi”

“Iya ma… Maaf…”

“Nih, kamu pake ini aja” ucapnya sambil memberiku sebuah… ini… bukannya ini… kondom??

“Ma… ini kan…”

“Iya… kamu pakai itu, sarungkan ke burungmu, biar kalau kamu muncrat nanti spermamu tertampung dan gak meluber kemana-mana,” jelas Mama.

“Jadi aku nanti muncrat di sini aja Ma?” Tanyaku lagi masih bingung.

“Yup, kamu gak harus pergi ke kamar mandi kalau nanti mau keluar. Bukannya kamu lebih suka begitu kan sayang? Nyusu sama mama sampai spermamu keluar?” tebaknya sambil tersenyum super manis padaku. Ah… darahku berdesir melihat senyum ibu kandungku yang cantik ini. Yang dikatakan mama memang benar, pasti rasanya akan sangat enak kalau muncrat di sana sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya.

“Eh, i-iya Ma… hehehe”

“Hmm… dan lagi… kalau kamu tetap pakai baju silahkan, tapi kalau mau buka baju juga boleh kok” ujarnya lagi.

“Hah? Aku boleh gak pakai baju Ma??” tanyaku memastikan ucapan mama yang betul-betul membuat tubuhku gemetaran dan panas dingin itu. Telanjang sambil menyusu? Itu betul-betul fantasi mesum yang aku damba-dambakan!

“Iya… kamu boleh telanjang selama menyusu ke mama, tapi yang mama baru berikan ke kamu itu dipake. Dan juga kamu harus selalu ingat untuk mengontrol diri, bisa kan?”

“Bi-bisa ma…” jawabku sambil buru-buru menelanjangi diri sendiri. Tentu saja aku tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Ku buka seluruh pakaianku tanpa tersisa dengan segera. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku bertelanjang bulat dengan penis tegang mengacung-ngacung. Ah… aku betul-betul anak yang kurang ajar, bertelanjang bulat dengan penis tegang maksimal mengacung ke arah ibu kandungku!

“Sepertinya anak mama ini udah gak sabar untuk nyusu lagi…” ucap mama dengan tatapan menggoda sambil menurunkan gaun tidurnya. Duh… Mama selalu saja masih bilang ‘nyusu’, padahal dia tahu kalau yang aku lakukan itu lebih dari sekedar menyusu.

Di balik gaun tidurnya ternyata mama tidak mengenakan apa-apa lagi, tidak ada BH. Buah dadanya yang indah itupun langsung terpampang di hadapanku. Mama lalu berbaring telentang di atas tempat tidurku, seperti memasrahkan dirinya bila anak kandungnya ini ingin menikmati susunya sepuas-puas yang aku mau. Dengan segera akupun menyusul mama naik ke tempat tidur.

“Eh, itunya dipake, Mama geli lho liat burung anak mama sendiri ngacung ke arah mamanya” ujarnya mengingatkanku. Akupun membuka bungkus kondom itu dan menyarungkan kondom berwarna gelap itu di penisku. Aku memang baru kali ini mengenakan kondom, tapi aku cukup familiar dengan benda ini dan cara mengenakannya dari bokep-bokep yang sering ku tonton. Meskipun memakai kondom, tapi kondom ini sangat tipis seperti tidak memakainya saja.

Setelah mengenakannnya, akupun langsung menindih mama dan menghisap buah dadanya. Sama seperti kemarin, aku tidak hanya sekedar meminum ASI nya, tetapi juga memainkan buah dadanya dengan mulutku. Menjilati puting dan kulit payudaranya, menggigit-gigit dan menarik-narik putingnya, serta membenamkan mukaku dan menggesek-gesekkan wajahku di buah dadanya. Saat aku menyusu buah dada yang satunya, tanganku juga meremas buah dada yang satunya lagi. Tentunya perlakuanku itu membuat air susunya jadi muncrat-muncrat tak karuan membasahi tubuhnya sendiri serta sprei tempat tidurku. Namun kali ini sensasi yang aku rasakan jauh lebih nikmat dari kemarin, karena sekarang aku menyusu padanya sambil bertelanjang bulat, hanya batang penisku saja yang tertutupi oleh kondom tipis.

“Ma…” panggilku dengan nafas berat.

“Hmm? Apa?” sahutnya juga dengan nafas terengah-engah. Tampaknya tidak hanya aku yang horni, tapi mama juga, namun mama masih terlihat bisa memposisikan dirinya agar tak terlalu terbawa suasana.

“Mama buka juga dong bajunya… masa aku aja yang telanjang, hehe” pintaku untung-untungan. Walaupun sebenarnya dengan mama setengah telanjang seperti ini saja sudah lebih dari cukup bagiku.

“Mama ikutan telanjang? Supaya kamu minum susunya lebih enak yah sayang?” tanyanya sambil menyeka tepian bibirku yang belepotan air susunya.

“I-iya Ma… biar lebih enak”

“Tapi kamu bisa kontrol diri kan?”

“Bisa Ma…” jawabku mengiyakan saja karena sudah tak sabar.

“Hmm… Ya sudah, boleh deh” setuju mamaku. Dia lalu bangkit sedikit dan menarik turun seluruh gaun tidur itu dari tubuhnya. Sekarang mama hanya mengenakan celana dalam putih saja! Sungguh seksi dan membuat aku semakin birahi.

“Celana dalamnya dibuka juga dong Ma…” pintaku belum juga puas, padahal jantungku sudah berdebar sangat kencang saat ini. Nafasku juga sudah sangat berat karena pemandangan indah ini.

“Celana dalam mama juga? Kamu ini mau ngapain sih? Cukup segini aja. Gak boleh lebih” jawab mama yang ternyata menolaknya. Ah, ya sudah. Dengan kondisi mama seperti ini sudah sangat sangat bikin aku mupeng minta ampun.

Akupun lanjut lagi menindih mama, menyedot ASI nya, serta memainkan buah dadanya lagi. Nikmat yang aku rasakan kini semakin bertambah berkali-kali lipat dengan mama yang nyaris telanjang bulat. Seluruh permukaan kulitku bersentuhan langsung dengan kulit mama yang putih mulus. Sambil terus menyusu dan memainkan buah dadanya, penisku yang hanya terbungkus kondom amat sering bergesekan dengan bagian depan celana dalamnya. Bahkan kadang sengaja ku cucuk-cucukkan ke pangkal pahanya itu. Perbuatanku pada ibu kandungku ini semakin lama semakin bejat saja.

Tubuh nyaris telanjang kami kini sudah sama-sama lengket dan mengkilap karena keringat. Air susu mama juga semakin berceceran membanjiri sprei tempat tidurku dan tubuhnya sendiri. Aku yang dari tadi sudah kenyang oleh susu masih saja terus menempel menindih tubuhnya untuk memainkan buah dadanya sesuka hatiku. Ku pikir aku tidak akan bertahan lama lagi.

“Kamu pengen keluar sayang?” tanyanya. Aku hanya membalas dengan menganggukkan kepalaku. Benar, aku ingin muncrat.

“Kalau pengen keluar keluarin aja, kali ini kamu bisa bebas ngecrot sambil terus mainin dada mama” katanya mempersilahkanku. Aku senang sekali mendengarnya. Tanpa menahan-nahan laju spermaku yang bisa keluar kapanpun, akupun terus memainkan buah dadanya. Mengulumnya, menggigit dan menarik putingnya, maupun meremas buah dadanya. Hingga akhirnya saat aku merasa spermaku sudah mau keluar, ku peluk erat-erat tubuh mama, ku benamkan mukaku ke buah dadanya, mulutku menghisap kuat-kuat putingnya yang membuat susunya menyemprot deras ke mulutku. Penisku juga ku tekan dalam-dalam ke pangkal paha mama. Dengan posisi seperti itu, tubuhku kemudian mengejang dan kelojotan mengeluarkan sperma.

Crooot crooooootttt….
Aku muncrat. Spermaku muncrat dengan banyaknya dengan posisi cabul menindih tubuh mama. Bahkan tetap dengan posisi itu terus selama penisku mengeluarkan seluruh spermanya. Rasanya sungguh tak terlukiskan, begitu nikmat. Karena aku menggunakan kondom, maka spermaku tertampung dan tidak meluber kemana-mana.

“Ngh…. Ma… enak…” ucapku setelah gelombang orgasme reda. Posisiku masih tetap di atas tubuh mama menindihnya.

Dia tersenyum manis padaku.
“Itu spesial untuk anak mama tersayang yang paling mesum” ucapnya sambil menjawil hidungku dan menarik-nariknya ke kiri dan ke kanan.

“Hehe, makasih Ma…” balasku. Setelah itu aku rebahan sejenak dengan posisi kepalaku di buah dadanya selama beberapa menit. Mencoba meresapi hangat dan nyamannnya bersama ibu kandungku yang cantik ini. Barulah setelah itu dia menyuruhku bangkit karena dia ingin kembali ke kamarnya.

“Udah ya sayang… Mama mau kembali ke kamar dulu. Kalau lama-lama ntar ketahuan papa”

“Eh, i-iya ma…”

“Lepaskan juga tuh kondomnya, masak kamu pakai terus sih? Jangan lupa di buang…” suruhnya. Akupun langsung menuruti melepaskan kondom itu dari penisku yang dari tadi memang tidak menciut dan hanya setengah tegang saja. Tampak sangat banyak spermaku tertampung di sana. Mamaku tersenyum dan geleng-geleng saja melihatnya, seakan berkata dalam hati kalau anak kandungnya ini pasti baru saja merasakan kenikmatan yang luar biasa setelah mesumin ibunya hingga muncrat dengan amat banyak seperti itu.

Mamapun kembali ke kamarnya setelah memakai bajunya. Aku sendiri tadinya juga ingin memakai bajuku, tapi melihat ranjangku yang masih becek dimana-mana oleh susu mama, ku putuskan untuk tiduran telanjang dulu di tempat tidurku itu. Ada bau khas tubuhnya di sana yang membuat aku sangat nyaman, basahnya sprei karena susu dan keringat mama juga memberikan sensasi tersendiri padaku saat berbaring di sana. Aku sungguh dibuat cinta mati sama Mama. Aku bahagia punya ibu kandung seperti dia.

Perbuatan inipun terus berlanjut setiap harinya. Mama pasti akan selalu datang ke kamarku tiap malam untuk menyusuiku. Dia masih terus membawa Shita. Waktu itu pernah aku dan Shita sama-sama menyusu pada mama. Aku di buah dada yang satu, Shita dibuah dadanya yang satunya lagi. Mama sering gemas padaku karena seperti tak mau kalah dengan adikku yang masih bayi itu, padahal aku sudah remaja.

Sering aku menanti mama dengan sudah bertelanjang bulat terlebih dahulu.
"Hihihi, kamu ini gak sabaran amat sih sayang? Tenang aja... Susu mama udah terkumpul yang banyak kok buat kami seorang malam ini. Bebas mau kamu apakan sesuai fantasi jorokmu" begitu ucapnya saat itu.

Aku masih selalu bertelanjang bulat dengan secuil kondom yang menutupi batang penisku saat menyusu padanya, sedangkan Mama juga masih terus hanya mengenakan celana dalam. Setiap malam pasti penuh susu yang diakhiri dengan semburan peju. Ditambah aku sudah berani mencium bibirnya dan memainkan lidahku di dalam mulutnya. Begitu nikmat. Begitu bahagianya.

Seiring waktu berlalu, aku kini semakin jarang mengenakan kondom saat menyusu padanya. Awalnya mama memprotes karena kalau aku tak tahan untuk ngecrot, pasti spermaku akan berhamburan kemana-mana di atas tempat tidur sehingga akan repot membersihkannya. Tapi akhirnya mama membolehkan juga setelah aku katakan tidak apa.

"Kan lebih erotis kalau bisa ngecrot dimanapun sesuka hati Ma, hehe" jawabku beralasan karena malam ini aku lagi-lagi meminta agar tidak usah menggunakan kondom.

"Dasar kamu ini. Ya sudah... apa mama juga harus membuka celana dalam?" tanyanya menggodaku sambil senyum-senyum.

"Boleh Ma... bo-boleh" jawabku mengiyakan. Tentu saja aku mau mama membuka celana dalamnya. Aku sungguh penasaran apa yang ada di baliknya.

"Anak mama ini memang genit" ucapnya. Dia kemudian dengan perlahan menurunkan celana dalamnya hingga jatuh ke lantai. Ku pikir mama tidak memakai apa-apa lagi dibaliknya, namun ternyata ada plester yang menempel disepanjang garis kemaluannya.

"Mama pikir kamu masih belum siap untuk melihatnya. Mama takut kalau kamu gak bisa kontrol diri" jelas Mama. Aku agak kecewa, tapi melihat kondisi mama yang tidak memakai apapun dan hanya plester yang menutupi vaginanya, betul-betul sebuah pemandangan yang menggoda, mama sangat seksi.

"Iya Ma... gak apa-apa deh..."

"Jadi nunggu apa lagi nih? Gak kepengen nyusu?" goda mama memancingku. Akupun langsung menarik tubuh mama ke atas ranjang. Selanjutnya yang terjadi sama seperti biasanya. Aku akan memainkan buah dadanya dan menyusu hingga kenyang. Tubuhnya yang kini bertelanjang bulat terasa lebih nikmat untuk ku gerayangi. Aku kini dapat dengan bebas memeluk pinggangnya tanpa diganggu tali celana dalamnya. Pantatnya yang terekpos bebas juga aku gerayangi dengan liarnya dengan tanganku. Penisku juga menggesek-gesek pada tubuhnya.

Entah sejak kapan mulainya, adegan gesek-menggesekan penisku ke tubuh mama jadi semakin sering terjadi. Baik dengan menggunakan kondom maupun tidak, tapi biasanya aku meminta izin pada mama untuk melepaskan kondom ini karena rasanya jauh lebih nikmat ketika batang penisku bersentuhan langsung dengan kulit mama. Bagian yang paling sering aku gesek dengan penisku tentu saja bagian depan selangkangannya, lalu pangkal pahanya. Aku juga sering menggesek-gesekkan penisku ke kakinya, perutnya, serta lengannya. Tapi tentunya dengan kini dia tidak mengenakan celana dalam lagi, aku dapat menggesek penisku pada tubuhnya dengan lebih bebas, terutama menggesek pada permukaan vaginanya yang kini hanya ditutupi plester. Walaupun vagina mama dilapisi plester, tapi rasa nikmat yang aku rasakan betul-betul luar biasa.

Saat ini Mama sedang tiduran telungkup, aku berada di atas mama menindihnya dengan penisku menggesek-gesek pada belahan pantatnya. Mama dengan senang hati menuruti tiap kali bila aku mau mengganti posisi menggesek-gesek penis di bagian tubuhnya. Posisi-posisi bersetubuhpun kami lakukan. Selanjutnya mama berlutut dan aku menggesekkan penisku di belahan pantatnya dari belakang. Setelah itu ku suruh mama menungging dan aku memaju-mundurkan penisku di sela-sela pahanya. Aku juga menyuruh mama duduk di atas penisku dan aku tidur telentang di bawahnya. Pemandangan seperti pasangan yang sedang bersetubuh saja. Pemandangan seorang anak yang sedang bersetubuh dengan ibu kandungnya sendiri.

"Kalau aku gesekin di sini boleh Ma?" Pintaku sambil menunjuk buah dadanya.

"Kamu mau gesekin di dada mama?"

"Iya Ma... boleh yah?"

"Itu cabul banget lho sayang, tapi... mama pikir tidak apa deh... "

"Berarti boleh Ma?" tanyaku memastikan. Dia hanya menjawab dengan tersenyum manis padaku. Aku girang bukan main. Segera aku berlutut dan mengangkangkan kakiku di atas mama yang terlentang. Ku posisikan penisku hingga pas berada di antara buah dadanya. Saat ku gesekkan penisku di sana, rasanya sungguh luar biasa. Begitu lembut. Sungguh sensasi erotis yang tiada duanya. Buah dada ibu kandungku yang biasanya menyalurkan ASI untuk anak-anaknya dengan kasih sayang, kini terdapat penisku yang sedang menggesek-gesek di sana. Entah apa yang terjadi bila ada yang melihat perbuatan bejatku ini, terutama papaku.

"Enak sayang?" tanya mama padaku.

"Enak Ma..."

"Kalau gini gimana?" ucap mama yang sesaat kemudian meremas buah dadanya, membuat cairan susunya muncrat-muncrat kemana-mana dan membasahi penisku. Argh... mana bisa tahan. Aku jadi semakin belingsatan, akupun semakin cepat menggoyangkan pinggulku dan mengocok penisku di antara buah dadanya. Ini sungguh sangat nikmat hingga langsung membuat pertahananku jebol.

"Ma... keluaaaaaar" teriakku tertahan.
Croooot.... Croooootttt...
Pejukupun berhamburan tak tertahankan. Tentu saja mama kaget karena kali ini aku ngecrot di buah dadanya hingga menyemprot sampai ke wajahnya. Aku membuat wajah ibu kandungku sendiri berlumuran dengan spermaku! Aku sungguh anak yang kurang ajar, tapi rasanya memang sangat nikmat.

"Duh... sayang... kamu ini gimana sih? Masa wajah mama dikotori pakai spermamu sih?"

"Maaf ma... Kan karena gak makai kondom, hehe" jawabku sembarang.

"Dasar ih kamu... Puas? Enak yah udah nyemprotin pejumu ke wajah ibu kandungmu sendiri?"

"Enak Ma... hehe" jawabku yang dibalas mama dengan cekikikan dan menjawil hidungku.

Sejak saat itu akupun tidak pernah mengenakan kondom lagi selama menyusu dan memainkan buah dada mama. Aku betul-betul telanjang. Ketika aku ingin muncrat, akupun tidak menahan-nahannya lagi hingga spermaku muncrat sembarangan ketika mencumbui mama, tentunya sebagian besar mendarat di tubuhnya. Baik di kakinya, pangkal pahanya, perutnya, maupun buah dadanya, dan kalau aku beruntung spermaku juga dapat menembak wajahnya, bahkan kadang ada secuil yang masuk ke dalam mulutnya. Namun mama masih saja belum mau memperlihatkan vaginanya padaku dengan alasan takut aku tidak bisa mengontrol diri.

Kamarku selalu jadi penuh susu dan peju karenanya. Karena papaku tidak pernah masuk ke kamarku, jadi aku bisa lega dengan kondisi tempat tidurku selalu becek oleh susu mama dan pejuku. Terlebih aku tidak pernah mengganti sprei tempat tidurku sehingga akan meninggalkan bau yang menyengat, tapi aroma itu justru membuat aku semakin horni, ku pikir mama juga merasakan hal yang demikian. Walaupun dia masih tetap memposisikan diri semata-mata untuk memuaskan fantasiku, dan berusaha agar tidak terbawa suasana, tapi aku tahu kalau dia juga terangsang karena aktiitas kami ini.

Aktifitas inipun akhirnya tidak hanya terjadi pada malam hari saja. Entah kenapa mama jadi membolehkanku untuk menyusu pada siang hari juga, tentunya saat papa berkerja. Akupun akhirnya mengetahui apa alasannya.

"Mama rasa air susu mama menjadi lebih banyak sekarang, sepertinya tidak cukup kalau kamu hanya meminumnya di malam hari saja" jelasnya.

"Jadi aku boleh nyusu siang hari juga Ma??

"Kapanpun dan dimanapun kamu mau Angga sayang" jawab mama sambil membelai pipiku. Aku sangat senang mendengarnya. "Tapi tetap jangan sampai ayahmu tahu ya..." lanjut Mama lagi.

"Iya Ma..." jawabku girang.

Maka akupun kini dapat dengan bebas menyusu pada mama kapanpun yang aku mau. Kadang saat mama sibuk beres-beres rumah, akupun meminta nyusu padanya. Tentunya lebih dari sekedar menyusu, dan tentunya selalu berakhir dengan spermaku ngecrot asal-asalan ke tubuhnya. Mama kadang sampai harus repot membersihkan air susunya dan pejuku bila sampai berceceran di lantai maupun di sofa.

Yang lebih membuat aku girang, akhirnya mama mau juga untuk tidak menutup-nutupi vaginanya lagi. Dia mau untuk benar-benar telanjang bulat di hadapanku, anak laki-laki kandungnya yang sudah remaja.

"Tapi kamu janji yah agar kontrol diri? Mama akan telanjang di depan kamu lho ini..." ujarnya mengingatkanku. Tentu saja ku jawab dengan mengiyakan kata-katanya. Pemandangan yang aku idam-idamkan akhirnya dapat ku lihat. Vagina tempat aku lahir dulu kini terpampang di depanku.

Aktifitas cabulku terhadap mamapun semakin meningkat, baik intensitas maupun variasi yang dilakukan. Mama bahkan membolehkanku kalau aku ingin mengobel vaginanya, menjelajahi tiap inci permukaan vaginanya sepuas yang aku mau. Jari-jariku bahkan berhasil masuk ke dalam vaginanya, namun dia masih terus menjauhkan penisku dari vaginanya, takut hal yang tidak diinginkan terjadi.

Saat ini aku sedang menjamah tubuh mama di atas tempat tidurnya. Ranjang yang biasanya sebagai tempat mama dan papaku beristirahat dan bercinta, kini ada aku yang sedang menikmati tubuh ibu kandungku ini habis-habisan di sana. Papa saat ini sedang pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan dan baru akan kembali 2 minggu lagi. Selama papa pergi, sejak kemarin aku meminta mamaku untuk selalu bertelanjang bulat bila di rumah, sehingga aku dapat menyusu dan menumpahkan spermaku kapanpun yang aku mau. Saat ini kasur tempat tidur orangtuaku ini sudah berkondisi sama dengan kasur tempat tidurku, penuh susu dan peju.

Posisiku saat ini sedang menindh mama dari atas sambil terus mengenyot dan memainkan buah dadanya yang terus meneteskan air susu itu. Pinggulku juga naik turun menggesek-gesekkan penisku di pangkal pahanya. Namun dia sedikit memiringkan pinggulnya agar penisku tidak berhadapan langsung dengan vaginanya. Kelakuan mama ini justru membuat aku gemas. Membuat aku semakin semangat menggerayanginya.

"Ssh... sayang... pelan-pelan..." rintih mama menerima perlakuanku.

"Iya ma... ini pelan kok..."

"Burungmu itu hampir masuk..."

"Nggak kok ma..." jawabku sambil terus saja menggesek-gesekan penisku pada pagkal pahanya, berharap benar-benar akan masuk. Tentunya kalau memang sampai masuk itu merupakan berkah bagiku.

Akupun terus menggerayangi mama sambil mengenyot susunya, sesekali aku juga menciumi wajah dan bibirnya. Bahkan aku menyuapi air susunya sendiri dari mulutku ke mulutnya.

"Dasar kamu ini ada-ada saja. Mama jadi minum air susu mama sendiri nih" ujarnya mengetuk keningku dengan ujung telunjuknya. Aku hanya cengengesan. Sambil masih menggoyang pelan pinggulku, akupun melakukan hal itu berkali-kali. Mengenyot buah dadanya, menampung ASInya di mulutku, lalu ku tumpahkan ke mulut mama.

Berikutnya aku coba untuk memindahkan liurku ke dalam mulutnya. Tentu saja mama terkejut dengan aksi yang aku lakukan ini, mungkin karena jorok. Namun rasa terkejutnya hanya sebentar saja. Sepertinya dia juga merasakan sensasi birahi yang luar biasa dari apa yang aku lakukan itu. Saat aku ingin meludah lagi, dia bahkan membuka lebar-lebar mulutnya untuk menampung liurku untuk kemudian dia telan. Sungguh pemandangan yang tak lazim dilakukan oleh sepasang ibu dan anak laki-lakinya.

"Ma..."

"Ya anakku sayang?"

"Susu mama tambah gede yah kayaknya"

"Huuu... Gara-gara kamu sedot terus kan?"

"Hehehe"

"Kamu suka banget yah sama susu mama?"

"Iya ma, aku suka, suka banget"

"Hmm... Kalau kamu memang sesuka itu, mungkin mama akan kasih susu mama ini khusus untuk kamu saja" ucapnya sabil mengerling nakal padaku. Darahku berdesir mendengar ucapan mama itu. Dia mau memberikan seluruh susunya itu khusus hanya untukku?

"Terus Shita gimana Ma?"

"Hmm... Adikmu nanti mama kasih susu formula bubuk saja. Gimana? Kamu mau tidak? Atau kamu saja nih yang mama kasih susu bubuk?"

"Eh, gak mau Ma... aku mau nyusu dari mama aja, hehe" kataku. Ah... sungguh bejat, padahal Shita lah yang seharusnya memang pantas mendapatkan ASI dari pada aku. Tapi karena hal ganjil seperti begitulah yang memberi sensasi erotis bagiku maupun mama. Aku tidak tahu apa yang dikatakan mama itu benar atau tidak. Tapi membayangkan dirinya bukannya memberikan ASI pada si kecil, tapi malah ke aku, betul-betul membuat birahiku meledak-ledak, ku rasa mama juga demikian.

"Ya sudah, mulai sekarang susu mama khusus buat kamu" ucapnya. Mendengar pernyataan mama aku jadi semakin bersemangat menggerayanginya. Sambil membenamkan wajahku di buah dadanya, akupun menggesek penisku dengan ganas ke pangkal paha mama yang masih saja menutup rapat itu.
"Duh... tapi bagian itu masih tetap terlarang lho sayang... Hati-hati" lanjutnya kemudian.

Akupun mengehentikan goyangan pinggulku.
"Cuma gak boleh masuk kan Ma? Tapi kalau gesek-gesek aja boleh kan?"

"Hmm.. Tapi janji jangan sampai masuk yah..."

"Iya Ma..."

"Ya sudah mama bolehin, mama turutin lagi tuh keinginan anak mama yang nakal ini" ucapnya setuju sambil tersenyum manis.

Aku senang sekali. Aku tidak menyangka akhirnya bisa sampai sejauh ini. Akupun langsung menindih tubuhnya lagi. Meskipun mama baru saja mengatakan boleh, tapi tetap saja dia terlihat ragu untuk membuka lebar selangkangannya. Aku tentunya tak tinggal diam, dengan posisi tiduran menyamping, ku peluk tubuh mama dari belakang dan menyelipkan penisku di antara pangkal pahanya, tepat di bawah permukaan vaginanya. Dengan posisi itu ku maju-mundurkan pinggulku sehingga kelamin kami ibu dan anak saling bergesekan. Yang mana selama ini selalu ada penghalang antara penisku dan vaginanya, kini dapat bergesekan secara langsung. Bagiku rasanya sungguh nikmat tak terlukiskan. Terasa di batang penisku kalau vaginanya becek saat ini. Mama juga lagi horni!

Selama aku menggoyangkan pinggulku dari belakang, mama tampak selalu was-was bila penisku sampai masuk, berkali-kali dia mengingatkanku.
"Ingat sayang... jangan sampai masuk... gak boleh lho..." ucapnya. Namun setelah berkali-kali mengingatkan, akhirnya dia capek sendiri dan membiarkan aksiku. Hanya suara desahan kami yang terdengar setelah itu.

Aku sudah terlalu terbawa nafsu. Aku ingin sekali memasukkan penisku ke dalam sana. Di saat mama lengah seperti inilah kesempatanku. Dengan perlahan ku coba menyelipkan penisku sedikit, lalu ku tarik dan ku gesek-gesek permukaan vaginanya, ku masukkan lagi sedikit lebih dalam, lalu ku tarik lagi dan ku gesek-gesek lagi, begitu terus hingga sedikit demi sedikit masuk semakin dalam. Mama masih belum bereaksi apa-apa. Namun saat aku hendak betul-betul memasukkan kepala penisku, tiba-tiba ada yang mengetok pintu depan. Konsentrasi kamipun pecah, terutama mama yang langsung menjauh dan melepaskan pelukanku. Ah... padahal hampir saja.

"Sayang... ada tamu... sepertinya itu Bu RT"

"Biarin aja Ma" ucapku karena aku merasa sangat nanggung. Tapi mama tidak mendengarkanku dan mengenakan dasternya untuk kemudian menemui tamu itu. Entah masalah apa yang mereka bahas, aku tidak terlalu peduli. Aku masih di dalam kamar mama telanjang bulat menunggu dia kembali.

Setelah beberapa saat, akhirnya mamapun masuk lagi ke kamar.

"Maaf yah sayang udah bikin kamu menunggu. Mau dilanjutin lagi?" tanyanya. Aku tidak menjawab dan malah memasang wajah ngambek padanya.

"Duh... anak mama ini ambekan. Tapi... Mama tahu kok kalau tadi itu kamu berusaha memasukkan penismu ke vagina mama. Nakal yah..."
Hah?? Mama ternyata sadar dengan apa yang aku lakukan!

"Kamu segitu pengennya yah ingin menyetubuhi ibu kandungmu sendiri?" tanyanya kemudian. Pertanyaan yang membuat jantungku jadi berdebar kencang mendengarnya.

"I..itu... I..iya Ma. Aku pengen ngentotin Mama. Aku pengen ngentotin ibu kandung aku" ucapku berani. Mulutku terasa aneh setelah mengatakannya. Aku tidak menyangka aku akan berkata seperti itu pada mama. Tentunya itu adalah ucapan yang sangat kurang ajar dari seorang anak kepada ibu kandungnya sendiri.

"Duh... kamu ini. Udah mama bilang kan gak boleh..." balas mama.

"Kenapa Ma?"

"Ya karena kita ini ibu dan anak"

"Yah Ma... boleh dong... satu tusuk aja. Pengen nih..." pintaku ngotot.

"Gak boleh" tolaknya. Ternyata mama masih tidak mau. Ya sudah lah kalau begitu.

Setelahnya, aku mengajak mama melanjutkan acara nyusu dan menggesek tadi lagi. Tentunya setelah aku lagi-lagi disuruh berjanji untuk mengontrol diri. Mama saat ini menungging di depanku dengan aku berada di belakangnya. Posisi kami seperti melakukan persetubuhan dengan gaya anjing kawin. Sambil menggesek, mulutku terus saja meracau. Mama bahkan mempersilahkan aku berkata kotor kalau aku mau.

"Ngentot... aku ngentotin memek Mama. Aku menzinahi ibu kandungku sendiri" ucapku lantang sambil membayangkan kalau aku benar-benar sedang menyetubuhi mama. Tapi tentunya itu masih belum cukup bagiku. Aku masih mencari kesempatan untuk dapat benar-benar memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Sama seperti tadi, aku mencoba lagi untuk memasukkan penisku sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya.

"Sayang... Kamu mencoba memasukkan penismu lagi?" tanya mama menoleh ke belakang padaku, dia menyadarinya.

"Eh, i-itu..."

"Kamu ini bandel banget sih? Kamu tahu kan kalau yang kita lakukan ini saja sudah sangat jauh sebagai ibu dan anak?"

"I-iya Ma..."

"Dan mama udah kasih tahu ke kamu kan kalau mama mau menuruti keinginanmu selama ini karena mama sayang sama kamu?"

"Iya Ma" jawabku lesu.

"Apa sih yang bikin kamu penasaran banget pengen masukin burungmu?" tanyanya lagi.

"Aku cuma penasaran aja Ma"

"Tapi sudah mama bilang kan kalau kamu harus kontrol diri"

"I-iya sih... tapi aku kepengen Ma..."

"Duh... kamu ini. Jadi kamu penasaran?"

"I-iya"

"Hmm... Kalau memang begitu.... Mungkin Mama bolehin kamu masukin sekali tusuk saja" ucapnya kemudian.

"Be-beneran Ma?" tanyaku terkejut hampir tak percaya kalau akhirnya dibolehkan juga.

"Ya... tapi hanya sekali tusuk saja, dan tidak boleh kamu genjot. Oke?"

"Eh, i-iya Ma, gak apa" Aku senang sekali mendengarnya.

"Jadi mau tetap dengan posisi ini?"

"I-iya. Tetap begini saja Ma. Gak apa" jawabku yang dibalas dengan senyum manisnya.

Dengan dada berdebar akupun mencoba menusukkan penisku masuk ke dalam vaginanya. Vagina mama yang memang sudah basah membuat penisku masuk dengan lancar, tapi tetap saja rasanya sangat sempit. Hingga peniskupun mentok bersarang di kemaluan mama. Akhirnya yang paling aku dambakan selama ini terjadi juga. Kami, ibu dan anak kandung, betul-betul telah berkawin, berzinah!

Sensasi yang aku rasakan sungguh sangat nikmat tak terkira. Mama masih terus menoleh ke belakang dan tersenyum padaku. Kontak mata yang sengaja dia berikan membuatku merasa semakin melayang-layang. Seperti yang mama katakan, aku tidak boleh melakukan gerakan menggenjot. Aku hanya mendiamkan penisku saja di sana. Meskipun hanya diam, namun di dalam sana vaginanya terasa kembang-kempis menarik dan menyedot penisku.

Rasanya luar biasa. Bukan hanya karena rasa nikmat di penisku saja, tapi mengetahui kalau kami ini adalah ibu dan anak kandung semakin membuatku terbuai. Tak butuh waktu lama untuk membuat aku orgasme. Aku tak tahaaaan...

Tanpa bisa berkata-kata, aku menekan penisku lebih dalam. Mamaku menyadari kalau aku akan segera orgasme, dia tampak ingin melepaskan diri. Tapi aku terus menahan pinggulnya dan spermakupun muncrat di dalam sana.

Crooot... croooot....
Vagina tempat aku dilahirkan dulu kini aku siram dengan spermaku! Aku baru saja melakukan pembuahan pada ibu kandungku sendiri!

"Kamu kok gak bilang sih kalau mau keluar?" ucapnya kemudian setelah melepaskan diri dariku dan terduduk di depanku.

"Tapi kan tadi mama gak ada bilang kalau aku gak boleh muncrat di dalam" balaskku membela diri.

"Kamu ini... Selalu pandai mencari alasan. Dasar anak nakal" ucapnya dengan wajah kesal. Kesal yang bercampur dengan horni. Jelas kalau dia tidak bisa benar-benar marah padaku.

"Hehe... makasih banget yah Ma... Mama memang baik" ucapku memeluknya lalu menindihnya. Aku kemudian mengulum buah dadanya lagi dan menghisap susunya.

"Awh... kamu ini belum puas apa!?" teriaknya manja cekikikan menerima perlakuanku.

"Belum Ma... hehe"
Setelah buang sperma di vaginanya, kini aku menyusu padanya. Sungguh nikmat sekali bukan?

~~

Apa yang terjadi waktu itu betul-betul pengalaman yang luar biasa bagiku. Setelah itu, aku terus meminta melakukan hal itu lagi pada mama, namun mama terus menolak.

"Kan janjinya waktu itu hanya sekali tusuk saja" jawabnya.

"Sekarang ini juga sekali tusuk juga kok Ma... gak aku genjot kok"

"Kamu ini kok malah minta terus sih? Gak boleh"

"Yah... Mama... ayo dong... Janji deh ini yang terakhir"

"Janji?"

"Janji"

"Gak boleh kamu genjot yah..."

"Iya Ma..."

"Ya sudah" jawab mama akhirnya mau juga. Akupun memasukkan penisku sekali lagi ke dalam vagina ibu kandungku ini. Masih tanpa menggoyangkan penisku dan hanya mendiamkannya saja di sana.

Dasar aku yang tidak pernah puas, aku memintanya lagi dan lagi. Jadilah acara bersetubuh tusuk tanpa genjot itu sudah kami lakukan beberapa kali setelahnya. Walau masih tetap hanya sekedar menyarangkan penisku di sana dan tidak boleh ada gerakan menggenjot, tapi itu sudah sangat cukup bagiku.

Aku terus mengiginkan lebih. Aku ingin melakukan perzinahan dengan ibu kandungku ini sesering mungkin dan sepuas-puasnya sebelum Papa pulang. Akupun menyampaikan ideku itu pada mama.

"Mau kan Ma? Sebelum Papa pulang kita ngentot terus?" tanyaku.

"Duh... Kamu ini..."
Hanya itu yang dia katakan. Tidak ada kata-kata menolak maupun menyetujui permintaanku. Namun dari sinar matanya, jelas terpancar birahi kalau mamapun penasaran dengan kegilaan ini.

"Ingat yah sayang... jangan kamu genjot" Ingatnya saat aku mulai memasukkan penisku ke liang vaginanya untuk kesekian kalinya.

"Iya Ma..."

'Jleb...'

Jadilah sejak saat itu intensitas membenamkan penisku pada vagina ibu kandungku itu semakin sering terjadi. Saat mama memasak, aku terus memeluknya dari belakang dengan penis tertancap di dalam vaginanya. Begitupun saat dia menyapu, mencuci piring, maupun melakukan aktifitas-aktifitas lainnya. Keluyuran dan beraktifitas di dalam rumah selalu dengan kelamin kami yang menyatu. Erotis bukan?

Tentunya dengan begitu membuat Mama jadi kerepotan melakukan aktifitasnya sehari-hari, tapi dia tidak kelihatan keberatan sama sekali. Selalu membiarkanku kalau aku ingin terus menempel padanya. Kami bahkan pernah makan bersama dengan mama duduk berpangkuan padaku, tentunya penisku menancap di vaginanya saat itu.

"Ada-ada aja sih keinginanmu itu? Tapi ingat yah... selama makan nanti jangan bandel" ucapnya sambil memposisikan pinggulnya agar nyaman di atasku. Dengan posisi begini kami lebih mudah bila makan satu piring dan saling bersuapan. Berkali-kali mama menegurku yang sering sekali lasak saat makan sehingga membuat penisku maju mundur di dalam vaginanya. Tapi tak jarang juga kami malah tertawa bersama karena hal tersebut.

Kami betul-betul memanfaatkan saat-saat bersama sebelum papa pulang ini sesering dan seintim mungkin. Hari-hari yang kami lalui jadi penuh birahi.

Mama sering memintaku agar tidak orgasme di dalam, namun aku masih saja sering membandel. Akupun jadi sering kena cubitan di hidungku olehnya. Namun seiring waktu, kini Mama tidak mempermasalahkanku lagi kalau spermaku muncrat di dalam vaginanya. Aku bahkan sekarang sudah mulai sering menggenjot keluar masuk penisku ketika bersetubuh dengan mama. Entah karena mama sudah capek memperingatkanku, atau mungkin karena dia menikmati.

Seperti saat ini, aku dan mama sedang bersetubuh di dapur. Kondisi kami sama-sama telanjang bulat. Kami baru saja selesai mandi bersama. Mama yang sedang sibuk menyiapkan susu untuk adikku, langsung ku terobos dan ku genjot dari belakang.

"Ma.... Ngentot...." Ucapku langsung memasukkan penisku ke vaginanya.

"Awh... sayang.... Kamu ini main masukin aja"

"Habisnya mama nafsuin, pengen aku entotin terus, hehe"
Mama hanya tersenyum mendengar jawaban vulgarku. Jawaban yang tidak sepantasnya diucapkan oleh anak pada ibu kandungnya sendiri. Mama sendiri ku yakin pasti tahu itu adalah ucapan yang kurang ajar, tapi sepertinya itu justru membangkitkan nafsunya.

Aku terus memeluknya dari belakang sambil penisku terus bersarang pada vagina ibu kandungku ini. Mama sendiri masih terus sibuk menyiapkan susu untuk si kecil.

Ya... Ternyata mama benar-benar memberikan susu bubuk pada si kecil Shita, sedangkan ASInya khusus untukku untuk aku minum maupun aku mainkan sesuka hati. Sebagian besar bahkan bukan masuk ke perutku, tapi terbuang mubazir ke sofa, tempat tidur, maupun ke lantai karena ulahku.

Seperti biasa, awalnya aku hanya sekedar diam tanpa menggoyangkan penisku. Tapi lama-kelamaan aku mulai berani menggoyangkan pinggulku pelan-pelan. Melihat mama tidak bereaksi apa-apa, akupun mencoba makin menaikkan intensitas goyanganku. Mama kini menjadi mendesah pelan ketika vaginanya makin cepat diaduk oleh penis anak kandungnya sendiri.

"Nghhhh...." Desahnya pelan saat menyendokkan susu bubuk ke dalam botol bayi. Suara desahan mama justru membuat aku makin birahi. Tusukanku yang tadinya pelan kini menjadi hentakan yang cukup kencang. Sampai-sampai mama kerepotan menyendokkan susu bubuk ke dalam botol.

Hal itu justru menimbulkan kesenangan bagiku. Rasanya senang sekali mengerjai mama seperti ini. Mamapun tampak tidak keberatan dengan aksiku. Dia malah tertawa kecil tiap aku menyodoknya dengan kencang yang membuat susu bubuk itu jadi banyak berserakan. Alhasil, memasukkan susu bubuk ke dalam botol bayi itu saja membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kocokanku pada memek mama semakin kencang. Di tengah kerepotan mama yang menyiapkan susu untuk adikku, aku justru keasikan mengentoti ibuku ini. Meski kerepotan, mama tidak menahan-nahanku untuk berbuat apa yang aku mau, dia justru mendesah kenikmatan. Akupun jadi semakin liar menggenjot vaginanya.

Hingga kemudian aku menghentakkan pinggulku dengan sangat keras, membuat botol bayi yang mama pegang itu terlepas dari tangannya dan jatuh tumpah di lantai.

"Duh... Pinggulmu itu diam dong sayang... Mama kan lagi menyiapkan makanan untuk adikmu, jadi tumpah kan gara-gara kamu" ujarnya, tapi tidak berusaha melepaskan diri dariku. Tetap membiarkanku menggenjotnya.

Saat mama hendak memungut botol bayi itu, aku malah menahan mama dan justru makin kencang menyodok vaginanya.

"Ngh.... Sayang... kamu ini...."

"Mama.... Oh.... Ibu kandungku... aku ngentot ibu kandungku sendiri.... Mamaaaaa. Aku ngentotin mama" racauku kenikmatan.

"Iya... kamu ini nakal banget menyetubuhi ibu kandungmu sendiri.. nghh... Kamu suka berzinah dengan ibu kandungmu?" tanya mama. Aku suka mendengar mama bertanya seperti itu.

"Suka ma... Aku suka ngentot sama mama. Berzinah ria dengan ibu kandungku sendiri" balasku.

"Ssshhh.... Sayang.... Abangmu ini nakal banget. Jangan kasih tahu Papa yah kalau abangmu ini nakal, hihi" ucap mama lagi sambil tertawa kecil menatap Shita yang berbaring tak jauh dari tempat kami bersetubuh. Aku hanya cengengesan. Sudahlah aku merebut ASI Mama dari adikku, botol bayinyapun jatuh berserakan karenaku. Aku kini malah terus ngentotin mama seakan sengaja mempertontonkan persetubuhkan kami pada si kecil Shita. Mama sepertinya juga tertarik dengan yang aku lakukan, berkali-kali dia juga tersenyum ke arah Shita seakan ikut menunjukkan pada si kecil kalau ibu kandungnya ini sangat suka disetubuhi kakaknya saat Papanya tidak ada di rumah.

Akupun terus menyetubuhi mama. Tadinya yang merupakan acara menyiapkan minuman untuk adikku, telah berubah menjadi acara persetubuhan panas antara aku dan mama. Kami terus bersetubuh hingga akupun muncratin spermaku ke dalam vagina mama.

"Puas kamu?"

"Puas Ma... hehe"

"Ya sudah, mama mau menyiapkan susu untuk adikmu lagi. Kali ini jangan ganggu" pinta Mama.

"Iya deh, tapi habis itu boleh lagi kan Ma? Hehe"

"Memangnya kamu masih kuat? Bisa nyemprotin sperma berapa kali lagi nih ke vagina mama?" goda mama dengan senyuman manisnya.

"Gak bakal habis deh pokoknya" jawabku cengengesan.

"Haha, dasar kamu. Anak nakal" ucapnya sambil menjawil hidungku.

~~

Kamipun jadi sering bersetubuh setelah itu. Mama kini tampaknya sudah menyerah pada nafsunya. Kami sudah betul-betul terbawa suasana. Kami terus bersetubuh sepanjang hari. Aku terus menggenjot ibu kandungku ini sesuka hati kapanpun dan dimanapun yang aku mau. Amanat Papa pada Mama untuk menjaga rumah dan anak-anaknyapun menjadi terbengkalai. Keadaan rumah kami kini betul-betul berantakan penuh dengan peju dan air susu yang berceceran. Bau menyengat semerbak dimana-mana. Padahal hari ini papa akan pulang, tapi kami masih saja tidak menghentikan aksi zinah terlarang ibu dan anak ini.

Hingga akhirnya saat sedang asik-asiknya bersetubuh, terdengar suara pagar bergeser, tak lama kemudian pintu diketuk dan terdengar suara papa memanggil. Kami tahu dan sadar, tapi kami tidak berhenti, malah gerakan kawin kami semakin liar untuk segera meraih orgasme.

"Halooo... Papa pulaaaang..."
Suara papa terdengar riang karena tak sabar bertemu anggota keluarganya tercinta. Namun entah bagaimana reaksinya nanti, saat melihat istri dan anak kandungnya itu malah berzinah ria selama dia mencari nafkah.

Kelamin kami semakin beradu dengan cepat, bersamaan dengan gagang pintu yang tak terkunci itu bergerak turun. Pintu mulai terbuka sedikit. Ah... apa yang akan terjadi selanjutnya? Kami pasrah.

TAMAT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nafsu Karena Melihat Puting Susu Ibuku

Tukang Ojek Yang Beruntung

Selingkuh dengan adik ipar sendiri