Pantat besar sang karyawati
Pak Solikin sudah bekerja sebagai satpam selama lebih dari 10 tahun. Awalnya di PT Trisada Sejahtera selama sekitar 2 tahun. Dan 8 tahun ini ia bekerja di PT. Lima Sekawan. Usianya sekarang sudah menginjak 43 tahun. Kerutan mulai terlihat di wajahnya. Kulitnya kehitaman karena terlalu lama berada di lapangan. Hanya badannya saja yang masih tegap karena latihan fisik yang teratur.
Seperti kebanyakan pria, Pak Solikin suka memperhatikan wanita-wanita yang ia jumpai. Apalagi di pabrik tempatnya bekerja banyak karyawati yang setiap hari hilir mudik di depannya, melewati gerbang yang di jaganya. Dalam setiap waktu biasanya Pak Solikin memiliki buruh atau staff wanita yang menjadi favoritnya. Bila sudah menemukan favoritnya, maka biasanya Pak Solikin akan mencoba-coba mencari cara untuk bertegur sapa. Sekedar berkenalan dan berusaha mencari tahu namanya. Nama yang akan dia sebutkan dengan lirih sangat gelombang orgasme menerjang tubuhnya ketika sedang beronani.
Meskipun demikian selama ini Pak Solikin tidak pernah berani macam-macam, genit atau menggoda. Pak Solikin terlalu takut kehilangan pekerjaannya, Istrinya, anaknya dan kehidupannya yang bisa dikatan nyaman.
Oleh sebab itulah, Pak Solikin tidak memiliki firasat apapun saat pertama kali bertemu wanita itu. Wanita yang akan mengubah seluruh jalan hidup pak solikin. Pagi hari itu, Pak Solikin berdiri di depan gerbang seperti biasa. Ratusan buruh dan karyawan lewat di depannya. Pak Solikin sedang setengah melamun ketika, wanita itu menghampirinya dan menegurnya.
"Permisi Pak, mau tanya kalau mau psikotes untuk karyawan baru di mana ya?"
Pak Solikin tertegun sejenak. Tampak di depannya seorang wanita yang sangat ranum. Berkat keahliannya menilai tubuj wanita selama bertahun-tahun, Pak Solikin dapat memperhatikan seluruh lekuk tubuh wanita itu dalam waktu singkat. Di mulai dari kaki, naik hingga ke pahanya yang terlihat padat, pinggulnya yang seakan mengajak untuk digoyang dengan liar, perutnya yang seksi khas ibu baru melahirkan, payudaranya yang kencang dan menantang. Perhatiannya yang terakhir jatuh pada bibir tebal wanita itu yang pastinya sangat luar biasa bila digunakan untuk mengulum batang penisnya.
Dengan menyembunyikan kekaguman dan kehorniannya, Pak Solikin menunjukkan arah ke gedung HRD.
"Ke sana mbak."
"oh ya baik, makasih pak.". Kata wanita itu sambil tersenyum. Terlihat deretan giginya yang tidak begitu rapih. Tapi entah kenapa senyum itu membuat celana dalamnya tambah sesak.
Pak Solikin tidak mau menyiakan kesempatan, " Maaf dengan mbak siapa?"
"Ami Pak." Katanya sambil membalikkan badan.
Disinilah puncak dari keindahan itu terjadi. Dengan membelalak, Pak Solikin memperhatikan goyangan pantat Ami yang beriringan dengan langkah kakinya. Cetakan celana dalam yang membalut bongkahan pantat besar tersebut menambah ketegangan di batang penisnya. Pak solikin bisa merasakan setitik cairan keluar dari penisnya.
----------
Malam itu, Pak Solikin memaksa istrinya untuk berhubungan badan. Istrinya yang sudah malas, tidak menanggapi cumbuan pak solikin. Tapi pak solikin tidak perduli. Dia hanya perlu lubang memek istrinya sebagai alat saja. Sementara, pikirannya sudah dipenuhi dengan lekuk tubuh Ami. Dengan liar Pak Solikin memompa memek istrinya. Mendapat pompaan sekuat itu, mau tidak mau istri pak solihin terangsang juga. Istrinya heran, sudah lama sekali semenjak suaminya menggaulinya dengan begitu hebat. Yang tidak diketahuin oleh istri pak Solihin adalah, saat itu Pak Solihin sedang sibuk dengan Ami dalam bayangannya.
Terbayang di benak pak solihin Mbak Ami yang sedang memerkan pantat besarnya di depan pak solihin. Pak solihin menghantam pantat itu sekuat tenaga ketika tititnya keluar masuk di memek ami. Hingga akhirnya cairan spermanya keluar. Di memek istrinya. Ketika membuka mata, tampak wajah istrinya yang heran dengan kejantanan pak solikin yang seakan kembali muda lagi.
--------------------
Sejak saat itu, mbak Ami selalu menjadi favorit Pak Solikin. Tidak pernah satu haripun di lewatkannya tanpa memperhatikan pantat Mbak Ami dari kejauhan. Kadang bahkan pak solikin memberanikan diri untuk merekam pantat itu. Semakin lama, pikiran Pak Solikin semakin dikacaukan dengan imajinasinya dengan mbak ami. Memek istrinya dirasakan sudah tidak cukup lagi. Dia membutuhkan memek ami yang sesungguhnya. Yang nyata.
Lama-lama hasrat itu mengalahkan akal sehatnya. Sementara itu, Ami sibuk dengam kesehariannya di kantor. Tidak menaruh curiga sedikitpun terhadap satpam kantor yang menaruh nafsu kepadanya.
Itulah sebabnya, tidak ada firasat buruk apapun yang dirasakannya ketika sore maksiat itu datang. Ami memang pulang cukup terlambat saat itu karena masih tumpukan pekerjaan yang harus dia selesaikan. Ruangan kantor sudah kosong. Setelah mematikan komputer, ami berjalan keluar kantor menuju parkiran motor. Sesampainya di parkiran, keadaan sudah sepi dan gelap. Suara azan terdengar di kejauhan. Ami segera menaiki motornya. Betapa terkejutnya dia ketika tiba2 ada seseorang yang ikut membonceng menaiki motornya dari belakang.
"Maaf mbak ami, boleh tolong antarkan saya ke pintu gerbang belakang? Motor saya ketinggalan di sana. Kalau jalan, lumayan jauh." kata Pak Solikin.
Perlahan kekagetan Ami hilang diganti perasaan lega, "Pak solikin, ngagetin aja pak."
Ami pun mengendarai motornya ke arah belakang pabrik. Suasana makin sepi. Tidak terlihat kehadiran buruh atau satpam lain di sekitar situ. Tiba-tiba, Ami merasakan sesuatu yang tajam di sisi perutnya. Motorpun agak oleng karena ami kaget.
"apa ini pak?"
"mbak, tolong ikutin saya kalau mbak gak pengen saya tusuk di sini. Cepat arahkan motor ke gudang belakang di sana!"
"ada apa ini pak? Kenapa bapak begini? Bapak mau apa?"
" sudah cepat ikuti saja."
Dengan takut, ami pun mengarahkan motornya ke gudang belakang. Sesampainya di sana, terlihat pintu gudang terbuka. Pak solikin menyryh ami memasukkan motornya ke dalam gudang.. Sesampainya di dalam gudang, pak solikin segera turun dan menggembok gudang.
"bapak mau apa suruh saya ke sini?" teriak ami dengan suara bergetar karena takut dan menahan tangis.
"nanti saya jelaskan. Cepat masuk dulu ke dalam." Merekapun berjalan beriringan. Ami didepan dengan pak solikin di belakang menghunus pisau. Akhirnya mereka sampai di belakang tumpukan tinggi kain-kain bahan produksi. Di situ ada sebuah kursi kayu dan meja yang cukup besar. Pak solikin menyuruh ami duduk di meja. Tanpa bersuara, pak solikin mendekati Ami. Dia mengambil borgol yang ada di pinggangnya. Borgol itu dipasangkan kepada pergelangan tangan ami. Setelah dirasanya aman, pak solikin kemudian memasukkan pisau itu ke saku celananya.
Dalam hati, ami sudah tahu nasib apa yang bakal menimpanya. Perasaan takut menjalar di sekujur tubuhnya. Yang dia takutkan sebenarnya hanya satu. Dia takut merasakan sakit yang luar biasa ketika memeknya diterobos paksa. Semenjak melahirkan, memek ami belum pulih sepenuhnya. Bahkan suaminya pun hanya sebatas menggesek-gesekkan titit di pantatnya. Padahal, seringkali saat itu memeknya sudah dalam keadaan basah. Bagaimana jika dia diperkosa. Perih sekali pasti rasanya. Tapi ami tidak berdaya. Dengan pasrah dia mengamati pak solihin.
Sementara itu pak solihin mendekatinya. Wajahnya yang berkumis semakin mendekat. Deru nafas birahinya terdengar memburu. Pak solihin mendekatkan pipinya ke pipi ami. Ami merasakan pipi yang kasar menyentuh pipinya. Sebuah kecupan mendarat di kupingnya. Geli. Kecupan itu tidak hanya 1. Di susul dengan kecupan kedua dan selanjutnya kecupan itu semakin cepat. Kecupan mengarah ke segala arah di wajahnya. Pipi, telinga, dahi, hidung, mata, kembali ke pipi sebelah satunya. Kecupan yang bertubi-tubi itu terasa geli. Beberapa kali, ami bergidik karena merinding. Tiba-tiba di saat yang tidak disangka, pak solikin mengecup bibirnya. Ami kaget. Kecupan itu begitu pas menangkap bibirnya yang sedikit terbuka. Kecupan di bibir itu tidak disusul kecupan lain. Pak solikin diam di situ. Seakan menikmati tebal bibirnya. Entah apa yang terjadi, tanpa terasa ami melumat bibir pak solikin. Ami segera tersadar dan malu. Lumatannya segera berhenti, tapi sekarang giliran pak solikin yang melumat bibir tebalnya. Bibir pak solikin melumat habis seluruh mulut ami. Seakan ingin merasakan seluruhnya. Lidahnya menyapu gusi dan giginya berusaha membuka masuk dan mencari lidah ami. Ketika ditemukannya lidah ami langsung disedot. Ami diam. Dia tidak ingin terbawa permainan nafsu pak solikin. Dia hanya ingin nafsu pak solikin segera tuntas, dan dia bisa pulang. Dia khawatir, suaminya pasti sedang menunggunya pulang.
Ami pun berusaha membujuk pak solikin, "pak, jika bapak ingin ngentotin saya, tolong lakukan dengan cepat pak. Supaya saya bisa segera pulang."
"Sabar donk mbak. Kalau cepet-cepet nanti sakit loh memeknya"
Meskilun demikian, bujukan itu berhasil, meskipun masih asik melumat bibir ami, tapi sekarang tangan pak solihin mulai meraba tubuhnya. Kedua tangan pak solihin meraba pantat ami yang besar. Dan menarik lepas celana panjangnya. Menyisakan celana dalam hitam. Celana dalam hitam yang sengaja dia pakai hari itu karena permintaan suaminya, tapi malah dinikmati oleh pak solihin.
Bulu-bulu jembut keluar dari balik celana dalam itu. Tangan kasar pak solihin sebelah kanan masih sibuk meremas bongkahan pantatnya. Sementara tangan kanannya menyelesap diantara celana dalam berusaha mencari celah memeknya. Ami mengangkang lebih lebar sambil duduk di meja agar memeknya terbuka lebih lebar.
Satu hal yang tidak ami sangka, ternyata jemari pak solihin begitu mahir. Dengan sekali sentuh saja. Pak solihin bisa dengan tepat menemukan titik klitorisnya yang paling nikmat. Memeknya merespon dengan merembeskan cairan. Semua dilakukannya masih sambil mengecup leher dan sesekali melumat bibir ami. Pak solihin tidak lantas puas dengan pencapaiannya. Itil itu dia putar2 dengan telunjuknya. Hal ini membuat ami terjengah. Tanpa sadar, sekarang bibirnya ikut melumat jika pak solikin sesekali mencium bibirnya. Sensasi geli dan gatal yang tidak tertahankan segera membanjiri seluruh kulitnya. Dia ingin segera geli ini tuntas. Suara lenguhan tanpa sadar dikeluarkannya.
"pak.... Aaaaahhh... Gelii pak.. Ouuchhh.."
Pak solihin kini memuntir-muntir itil ami dengan cepat. Ami sudah tidak bisa fokus dengan lumatan di bibir dan wajahnya.
"AAAAHHH... Pak itil saya diapain... Sshhhhhhshh.. Paak.. Soolii.. Aahhh"
Mendadak permainan berhenti. Kecupan berhenti. Puntiran di itil pun demikian. Ami membuka matanya. Perasaan sebal datang. Mengapa pak solihin harus berhenti tiba-tiba. Wajah pak solihin tersenyum puas.
"gimana mbak? Mau di lanjut?"
Ami terdiam.
"kalau gak mau, ya gak papah. Pakai baju dan pulang saja sana. Gimana?"
Ami menunduk. Perasaan malu, horni dan bersalah campur aduk.
"saya buka borgolnya mbak ami ya. Kalau mbak ami gak mau lanjut, silakan pakai baju dan pulang. Dan besok lapor ke hrd atau ke polisi. Saya gak perduli. Saya sudah siap di penjara. Tapi kalau mau lanjut, silakan buka celana dalam mbak ami, dan ngangkang di atas meja ini."
Pak solihin mendekati ami dan membuka borgolnya. Tangan ami sudah bebas sekarang. Tapi, alih-alih memakai celana panjangnya, ami malah meletakkan tangannya di celana dalam hitamnya dan perlahan menurunkannya. Celana dalam itu turun sampai ke bawah. Ami kemudian naik ke meja dan membuka kakinya lebar-lebar.
"tolong jilat itil saya dulu." katanya sambil memejamkan mata menahan malu.
Pak solikin tersenyum. Tidak langsung menjilat itil ami. Pak solikin malah membuka baju ami dan bh yang masih dikenakan ami. Pak solikin kemudian merebahkan badan ami. Kecupan kembali datang menyentuh pentil ami, turun ke perut, ke jembut hingga ke itil yang sudah basah.
Sapuan lidah pak solikin kembali membangkitkan birahi ami. Perlahan bulu kuduknya berdiri dan rasa merinding itu kembali datang. Kali ini lebih hebat karena sapuan lidah di itilnya dibarengin sodokan telunjuk pak solikin yang masuk menjangkau bagian dalam memeknya. Semakin lama sapuan lidah dan sodokan jari pak solihin semakin intens.
Ami meremas rambut pak solikin. Pak solikin kemudian mengambil sesuatu di kantung bajunya. Benda kecil serupa vibrator getar yang sering muncul di video jav. Dengan penasaran dan horni ami melihat benda itu.
"benda ini akan menggantikan saya menggesek2 itil mbak ami." pak solikin kemudian membuka celana, tampak titit hitam yang dipenuhi jembut tegak berdiri, menuntut segera dipertemukan dengan memek sempit. Ami sudah mengerti arah permainan pak solikin. Segera saja dia menarik pinggul pak solikin agar ujung titit itu menempel di permukaan memeknya. Pak solikin kemudian memasa vibrator di itil ami. Segera saja sensasi nikmat menghantam tubuh ami kembali. Pak solikin kemudian berusaha memasukkan seluruh batang tititnya ke dalam memek ami. Ajaib. Memeknya tidak terasa sakit sama sekali. Malah tambah nikmat. Getaran dari vibrator di itilnya, di tambah sodokan kontol pak solikin yang memenuhi rongga memeknya.
"mbak amiii... Aaahhh memeknya mbak ami juara bangeet aaaaahh."
"ssshhh shhhh shhhh... Pak terussss donkkk... Tamb... Shhhh... Tambah cepet pak."
Lenguhan dan ceracau memenuhi gudang kain itu. Sepasang manusia yang dilanda birahi berusaha saling menuntaskan nafsunya.. Cairan memek mengalir, membajiri meja hinga ke lantai. Ami memeluk tubuh pak solikin dengan erat. Gelombang orgasme mulai datang. Rasa geli meningkat. Semua ototnya menegang. Benaknya kosong. Hanya kabut putih dan samar2 suara... Clop clop clop clop.. Suara memeknya sedang dihantam kontol pria lain.
Dia merasakan pelukan yang erat di tubuhnya. Remasan yang kuat di bagian sebelah pantatnya. Sementara rambutnya terjambak dan bibirnya di lumat liar. Orgasme itu semakin mendesak.
"aseemm mbak amiiii.. Tempikmuu gilaa mbaakk... Aaahhh ya gustii shhhhhh"
"geliii pakk... Aaahhh... Geliii bangeett pakkk... Teruuuss pakk."
"rasain kontolku mbakkk... Buat kamu mbakk"
"aaahh... Pak solliiik... Aku muncraaaatt paakkk.. Aaaaah paaak geliiii biaangeet paakkk... Ouuchhh siikk tow pak.. Mandek sikk paak.. Aku wis tekan paakk."
Pak solikin mengabaikan teriakan ami. Tititnya terus menyodok semakin cepat. Ami memeluk pak solikin semakin kuat. Genjotan pak solikin yang tidak berhenti rupanya berdampak juga kepadanya. Gelombang orgasme kedua datang.
"aaaaah... Opo meneh kie pakk. Enaaak tenaaan pakk... Aaahh.."
Remasan di pantatnya semakin kuat. Dan tiba-tiba berbarengan dengan keluarnya cairan memek orgasmenya yang kedua, ami merasakan cairan hangat menembus memeknya. Pak solikin mendadak terdiam dengan tangan masih meremas pantat ami. Nafasnya tersengal-sengal.
Mereka terdiam dalam posisi itu cukup lama, menikmati sisa-sisa birahi yang perlahan hilang.
Seperti kebanyakan pria, Pak Solikin suka memperhatikan wanita-wanita yang ia jumpai. Apalagi di pabrik tempatnya bekerja banyak karyawati yang setiap hari hilir mudik di depannya, melewati gerbang yang di jaganya. Dalam setiap waktu biasanya Pak Solikin memiliki buruh atau staff wanita yang menjadi favoritnya. Bila sudah menemukan favoritnya, maka biasanya Pak Solikin akan mencoba-coba mencari cara untuk bertegur sapa. Sekedar berkenalan dan berusaha mencari tahu namanya. Nama yang akan dia sebutkan dengan lirih sangat gelombang orgasme menerjang tubuhnya ketika sedang beronani.
Meskipun demikian selama ini Pak Solikin tidak pernah berani macam-macam, genit atau menggoda. Pak Solikin terlalu takut kehilangan pekerjaannya, Istrinya, anaknya dan kehidupannya yang bisa dikatan nyaman.
Oleh sebab itulah, Pak Solikin tidak memiliki firasat apapun saat pertama kali bertemu wanita itu. Wanita yang akan mengubah seluruh jalan hidup pak solikin. Pagi hari itu, Pak Solikin berdiri di depan gerbang seperti biasa. Ratusan buruh dan karyawan lewat di depannya. Pak Solikin sedang setengah melamun ketika, wanita itu menghampirinya dan menegurnya.
"Permisi Pak, mau tanya kalau mau psikotes untuk karyawan baru di mana ya?"
Pak Solikin tertegun sejenak. Tampak di depannya seorang wanita yang sangat ranum. Berkat keahliannya menilai tubuj wanita selama bertahun-tahun, Pak Solikin dapat memperhatikan seluruh lekuk tubuh wanita itu dalam waktu singkat. Di mulai dari kaki, naik hingga ke pahanya yang terlihat padat, pinggulnya yang seakan mengajak untuk digoyang dengan liar, perutnya yang seksi khas ibu baru melahirkan, payudaranya yang kencang dan menantang. Perhatiannya yang terakhir jatuh pada bibir tebal wanita itu yang pastinya sangat luar biasa bila digunakan untuk mengulum batang penisnya.
Dengan menyembunyikan kekaguman dan kehorniannya, Pak Solikin menunjukkan arah ke gedung HRD.
"Ke sana mbak."
"oh ya baik, makasih pak.". Kata wanita itu sambil tersenyum. Terlihat deretan giginya yang tidak begitu rapih. Tapi entah kenapa senyum itu membuat celana dalamnya tambah sesak.
Pak Solikin tidak mau menyiakan kesempatan, " Maaf dengan mbak siapa?"
"Ami Pak." Katanya sambil membalikkan badan.
Disinilah puncak dari keindahan itu terjadi. Dengan membelalak, Pak Solikin memperhatikan goyangan pantat Ami yang beriringan dengan langkah kakinya. Cetakan celana dalam yang membalut bongkahan pantat besar tersebut menambah ketegangan di batang penisnya. Pak solikin bisa merasakan setitik cairan keluar dari penisnya.
----------
Malam itu, Pak Solikin memaksa istrinya untuk berhubungan badan. Istrinya yang sudah malas, tidak menanggapi cumbuan pak solikin. Tapi pak solikin tidak perduli. Dia hanya perlu lubang memek istrinya sebagai alat saja. Sementara, pikirannya sudah dipenuhi dengan lekuk tubuh Ami. Dengan liar Pak Solikin memompa memek istrinya. Mendapat pompaan sekuat itu, mau tidak mau istri pak solihin terangsang juga. Istrinya heran, sudah lama sekali semenjak suaminya menggaulinya dengan begitu hebat. Yang tidak diketahuin oleh istri pak Solihin adalah, saat itu Pak Solihin sedang sibuk dengan Ami dalam bayangannya.
Terbayang di benak pak solihin Mbak Ami yang sedang memerkan pantat besarnya di depan pak solihin. Pak solihin menghantam pantat itu sekuat tenaga ketika tititnya keluar masuk di memek ami. Hingga akhirnya cairan spermanya keluar. Di memek istrinya. Ketika membuka mata, tampak wajah istrinya yang heran dengan kejantanan pak solikin yang seakan kembali muda lagi.
--------------------
Sejak saat itu, mbak Ami selalu menjadi favorit Pak Solikin. Tidak pernah satu haripun di lewatkannya tanpa memperhatikan pantat Mbak Ami dari kejauhan. Kadang bahkan pak solikin memberanikan diri untuk merekam pantat itu. Semakin lama, pikiran Pak Solikin semakin dikacaukan dengan imajinasinya dengan mbak ami. Memek istrinya dirasakan sudah tidak cukup lagi. Dia membutuhkan memek ami yang sesungguhnya. Yang nyata.
Lama-lama hasrat itu mengalahkan akal sehatnya. Sementara itu, Ami sibuk dengam kesehariannya di kantor. Tidak menaruh curiga sedikitpun terhadap satpam kantor yang menaruh nafsu kepadanya.
Itulah sebabnya, tidak ada firasat buruk apapun yang dirasakannya ketika sore maksiat itu datang. Ami memang pulang cukup terlambat saat itu karena masih tumpukan pekerjaan yang harus dia selesaikan. Ruangan kantor sudah kosong. Setelah mematikan komputer, ami berjalan keluar kantor menuju parkiran motor. Sesampainya di parkiran, keadaan sudah sepi dan gelap. Suara azan terdengar di kejauhan. Ami segera menaiki motornya. Betapa terkejutnya dia ketika tiba2 ada seseorang yang ikut membonceng menaiki motornya dari belakang.
"Maaf mbak ami, boleh tolong antarkan saya ke pintu gerbang belakang? Motor saya ketinggalan di sana. Kalau jalan, lumayan jauh." kata Pak Solikin.
Perlahan kekagetan Ami hilang diganti perasaan lega, "Pak solikin, ngagetin aja pak."
Ami pun mengendarai motornya ke arah belakang pabrik. Suasana makin sepi. Tidak terlihat kehadiran buruh atau satpam lain di sekitar situ. Tiba-tiba, Ami merasakan sesuatu yang tajam di sisi perutnya. Motorpun agak oleng karena ami kaget.
"apa ini pak?"
"mbak, tolong ikutin saya kalau mbak gak pengen saya tusuk di sini. Cepat arahkan motor ke gudang belakang di sana!"
"ada apa ini pak? Kenapa bapak begini? Bapak mau apa?"
" sudah cepat ikuti saja."
Dengan takut, ami pun mengarahkan motornya ke gudang belakang. Sesampainya di sana, terlihat pintu gudang terbuka. Pak solikin menyryh ami memasukkan motornya ke dalam gudang.. Sesampainya di dalam gudang, pak solikin segera turun dan menggembok gudang.
"bapak mau apa suruh saya ke sini?" teriak ami dengan suara bergetar karena takut dan menahan tangis.
"nanti saya jelaskan. Cepat masuk dulu ke dalam." Merekapun berjalan beriringan. Ami didepan dengan pak solikin di belakang menghunus pisau. Akhirnya mereka sampai di belakang tumpukan tinggi kain-kain bahan produksi. Di situ ada sebuah kursi kayu dan meja yang cukup besar. Pak solikin menyuruh ami duduk di meja. Tanpa bersuara, pak solikin mendekati Ami. Dia mengambil borgol yang ada di pinggangnya. Borgol itu dipasangkan kepada pergelangan tangan ami. Setelah dirasanya aman, pak solikin kemudian memasukkan pisau itu ke saku celananya.
Dalam hati, ami sudah tahu nasib apa yang bakal menimpanya. Perasaan takut menjalar di sekujur tubuhnya. Yang dia takutkan sebenarnya hanya satu. Dia takut merasakan sakit yang luar biasa ketika memeknya diterobos paksa. Semenjak melahirkan, memek ami belum pulih sepenuhnya. Bahkan suaminya pun hanya sebatas menggesek-gesekkan titit di pantatnya. Padahal, seringkali saat itu memeknya sudah dalam keadaan basah. Bagaimana jika dia diperkosa. Perih sekali pasti rasanya. Tapi ami tidak berdaya. Dengan pasrah dia mengamati pak solihin.
Sementara itu pak solihin mendekatinya. Wajahnya yang berkumis semakin mendekat. Deru nafas birahinya terdengar memburu. Pak solihin mendekatkan pipinya ke pipi ami. Ami merasakan pipi yang kasar menyentuh pipinya. Sebuah kecupan mendarat di kupingnya. Geli. Kecupan itu tidak hanya 1. Di susul dengan kecupan kedua dan selanjutnya kecupan itu semakin cepat. Kecupan mengarah ke segala arah di wajahnya. Pipi, telinga, dahi, hidung, mata, kembali ke pipi sebelah satunya. Kecupan yang bertubi-tubi itu terasa geli. Beberapa kali, ami bergidik karena merinding. Tiba-tiba di saat yang tidak disangka, pak solikin mengecup bibirnya. Ami kaget. Kecupan itu begitu pas menangkap bibirnya yang sedikit terbuka. Kecupan di bibir itu tidak disusul kecupan lain. Pak solikin diam di situ. Seakan menikmati tebal bibirnya. Entah apa yang terjadi, tanpa terasa ami melumat bibir pak solikin. Ami segera tersadar dan malu. Lumatannya segera berhenti, tapi sekarang giliran pak solikin yang melumat bibir tebalnya. Bibir pak solikin melumat habis seluruh mulut ami. Seakan ingin merasakan seluruhnya. Lidahnya menyapu gusi dan giginya berusaha membuka masuk dan mencari lidah ami. Ketika ditemukannya lidah ami langsung disedot. Ami diam. Dia tidak ingin terbawa permainan nafsu pak solikin. Dia hanya ingin nafsu pak solikin segera tuntas, dan dia bisa pulang. Dia khawatir, suaminya pasti sedang menunggunya pulang.
Ami pun berusaha membujuk pak solikin, "pak, jika bapak ingin ngentotin saya, tolong lakukan dengan cepat pak. Supaya saya bisa segera pulang."
"Sabar donk mbak. Kalau cepet-cepet nanti sakit loh memeknya"
Meskilun demikian, bujukan itu berhasil, meskipun masih asik melumat bibir ami, tapi sekarang tangan pak solihin mulai meraba tubuhnya. Kedua tangan pak solihin meraba pantat ami yang besar. Dan menarik lepas celana panjangnya. Menyisakan celana dalam hitam. Celana dalam hitam yang sengaja dia pakai hari itu karena permintaan suaminya, tapi malah dinikmati oleh pak solihin.
Bulu-bulu jembut keluar dari balik celana dalam itu. Tangan kasar pak solihin sebelah kanan masih sibuk meremas bongkahan pantatnya. Sementara tangan kanannya menyelesap diantara celana dalam berusaha mencari celah memeknya. Ami mengangkang lebih lebar sambil duduk di meja agar memeknya terbuka lebih lebar.
Satu hal yang tidak ami sangka, ternyata jemari pak solihin begitu mahir. Dengan sekali sentuh saja. Pak solihin bisa dengan tepat menemukan titik klitorisnya yang paling nikmat. Memeknya merespon dengan merembeskan cairan. Semua dilakukannya masih sambil mengecup leher dan sesekali melumat bibir ami. Pak solihin tidak lantas puas dengan pencapaiannya. Itil itu dia putar2 dengan telunjuknya. Hal ini membuat ami terjengah. Tanpa sadar, sekarang bibirnya ikut melumat jika pak solikin sesekali mencium bibirnya. Sensasi geli dan gatal yang tidak tertahankan segera membanjiri seluruh kulitnya. Dia ingin segera geli ini tuntas. Suara lenguhan tanpa sadar dikeluarkannya.
"pak.... Aaaaahhh... Gelii pak.. Ouuchhh.."
Pak solihin kini memuntir-muntir itil ami dengan cepat. Ami sudah tidak bisa fokus dengan lumatan di bibir dan wajahnya.
"AAAAHHH... Pak itil saya diapain... Sshhhhhhshh.. Paak.. Soolii.. Aahhh"
Mendadak permainan berhenti. Kecupan berhenti. Puntiran di itil pun demikian. Ami membuka matanya. Perasaan sebal datang. Mengapa pak solihin harus berhenti tiba-tiba. Wajah pak solihin tersenyum puas.
"gimana mbak? Mau di lanjut?"
Ami terdiam.
"kalau gak mau, ya gak papah. Pakai baju dan pulang saja sana. Gimana?"
Ami menunduk. Perasaan malu, horni dan bersalah campur aduk.
"saya buka borgolnya mbak ami ya. Kalau mbak ami gak mau lanjut, silakan pakai baju dan pulang. Dan besok lapor ke hrd atau ke polisi. Saya gak perduli. Saya sudah siap di penjara. Tapi kalau mau lanjut, silakan buka celana dalam mbak ami, dan ngangkang di atas meja ini."
Pak solihin mendekati ami dan membuka borgolnya. Tangan ami sudah bebas sekarang. Tapi, alih-alih memakai celana panjangnya, ami malah meletakkan tangannya di celana dalam hitamnya dan perlahan menurunkannya. Celana dalam itu turun sampai ke bawah. Ami kemudian naik ke meja dan membuka kakinya lebar-lebar.
"tolong jilat itil saya dulu." katanya sambil memejamkan mata menahan malu.
Pak solikin tersenyum. Tidak langsung menjilat itil ami. Pak solikin malah membuka baju ami dan bh yang masih dikenakan ami. Pak solikin kemudian merebahkan badan ami. Kecupan kembali datang menyentuh pentil ami, turun ke perut, ke jembut hingga ke itil yang sudah basah.
Sapuan lidah pak solikin kembali membangkitkan birahi ami. Perlahan bulu kuduknya berdiri dan rasa merinding itu kembali datang. Kali ini lebih hebat karena sapuan lidah di itilnya dibarengin sodokan telunjuk pak solikin yang masuk menjangkau bagian dalam memeknya. Semakin lama sapuan lidah dan sodokan jari pak solihin semakin intens.
Ami meremas rambut pak solikin. Pak solikin kemudian mengambil sesuatu di kantung bajunya. Benda kecil serupa vibrator getar yang sering muncul di video jav. Dengan penasaran dan horni ami melihat benda itu.
"benda ini akan menggantikan saya menggesek2 itil mbak ami." pak solikin kemudian membuka celana, tampak titit hitam yang dipenuhi jembut tegak berdiri, menuntut segera dipertemukan dengan memek sempit. Ami sudah mengerti arah permainan pak solikin. Segera saja dia menarik pinggul pak solikin agar ujung titit itu menempel di permukaan memeknya. Pak solikin kemudian memasa vibrator di itil ami. Segera saja sensasi nikmat menghantam tubuh ami kembali. Pak solikin kemudian berusaha memasukkan seluruh batang tititnya ke dalam memek ami. Ajaib. Memeknya tidak terasa sakit sama sekali. Malah tambah nikmat. Getaran dari vibrator di itilnya, di tambah sodokan kontol pak solikin yang memenuhi rongga memeknya.
"mbak amiii... Aaahhh memeknya mbak ami juara bangeet aaaaahh."
"ssshhh shhhh shhhh... Pak terussss donkkk... Tamb... Shhhh... Tambah cepet pak."
Lenguhan dan ceracau memenuhi gudang kain itu. Sepasang manusia yang dilanda birahi berusaha saling menuntaskan nafsunya.. Cairan memek mengalir, membajiri meja hinga ke lantai. Ami memeluk tubuh pak solikin dengan erat. Gelombang orgasme mulai datang. Rasa geli meningkat. Semua ototnya menegang. Benaknya kosong. Hanya kabut putih dan samar2 suara... Clop clop clop clop.. Suara memeknya sedang dihantam kontol pria lain.
Dia merasakan pelukan yang erat di tubuhnya. Remasan yang kuat di bagian sebelah pantatnya. Sementara rambutnya terjambak dan bibirnya di lumat liar. Orgasme itu semakin mendesak.
"aseemm mbak amiiii.. Tempikmuu gilaa mbaakk... Aaahhh ya gustii shhhhhh"
"geliii pakk... Aaahhh... Geliii bangeett pakkk... Teruuuss pakk."
"rasain kontolku mbakkk... Buat kamu mbakk"
"aaahh... Pak solliiik... Aku muncraaaatt paakkk.. Aaaaah paaak geliiii biaangeet paakkk... Ouuchhh siikk tow pak.. Mandek sikk paak.. Aku wis tekan paakk."
Pak solikin mengabaikan teriakan ami. Tititnya terus menyodok semakin cepat. Ami memeluk pak solikin semakin kuat. Genjotan pak solikin yang tidak berhenti rupanya berdampak juga kepadanya. Gelombang orgasme kedua datang.
"aaaaah... Opo meneh kie pakk. Enaaak tenaaan pakk... Aaahh.."
Remasan di pantatnya semakin kuat. Dan tiba-tiba berbarengan dengan keluarnya cairan memek orgasmenya yang kedua, ami merasakan cairan hangat menembus memeknya. Pak solikin mendadak terdiam dengan tangan masih meremas pantat ami. Nafasnya tersengal-sengal.
Mereka terdiam dalam posisi itu cukup lama, menikmati sisa-sisa birahi yang perlahan hilang.
Komentar
Posting Komentar