Pak Ujang Yang Beruntung
Hari - hari belakangan aku sering berkhayal tentang seorang ibu muda yang tinggal di sebuah rumah di kompleks perumahan tempatku berkeliling menjajakan es. Banyak pikiran ngeres di otak datang tiap malam. Mulai dari keinginan melihat keindahan tubuh telanjangnya, mengelus paha mulus nya, meremas toketnya, ingin melihat bentuk dan menjilati memeknya, sampai dengan keinginan bercumbu dan bercinta di atas kasur, yang kemudian berakhir dengan menumpahkan sperma di memek wanita itu.
Namaku Ujang bertahun - tahun aku berjualan es keliling melewati perumahan itu, aku tidak pernah merasakan gairah dengan penghuninya hingga aku bertemu ibu muda itu saat ia membeli es padaku. Tubuhnya cukup indah ditunjang dengan paha putih mulus dan menurutku ia juga cukup cantik dengan tanktop and hotpants yang ia pakai. Sejak saat itu pikiran ngeres itu datang, bahkan sekarang jika aku ngocok kontol, wanita itu-lah yang jadi bahan fantasi. Lebih gila dari itu jika aku ngentot PSK yang ku sewa, aku membayangkan ibu muda itu sedang melayaniku.
Ide menggarap wanita itu muncul saat aku membantu pekerjaan temanku Badri memilah koran bekas, maklum untuk hidup di Jakarta hasil berjualan es saja tidak cukup. Hal itu ketika terjadi aku menemukan iklan mencari tukang kebun di harian surat kabar lokal dengan alamat rumah tempat wanita itu tinggal. Memang iklan itu sudah diterbitkan 3 hari yang lalu beruntung saat aku melewati ke rumah itu belum kutemui orang yang menjadi tukang kebun
Pada jam 4 sore dengan penampilan yang agak dekil dan bau serta tampang memelas aku pergi ke rumah itu karena aku tahu ia mudah kasihan. Hari itu ia terlihat sangat cantik dengan daster merah bertali dengan rok diatas lutut dan terbuka di daerah dada. Ia bertanya "emang bapak sanggup bekerja? nama bapak siapa?", jawabku "nama saya Ujang, iya bapak masih kuat kerja kok nak...hanya saja bapak sekarang belum makan, bapak boleh minta makan ?"
Setelah berpikir sejenak ia mempersilahkanku masuk, kemudian mempersilahkanku untuk duduk "tapi bapak punya rumah dimana?" tanyanya, "Rumah Bapak di Sulawesi, Bapak kesini mencari kerja, tapi yang ada malah ga bisa pulang lagi ke Sulawesi, bapak ga punya istri dan anak, karena semasa muda bapak dihabiskan dengan merantau ke mana mana, bapak suka berjalan sesuka hati kemana aja, tapi ya beginilah nak, ternyata bapak tua dijalan, umur makin hari makin bertambah, fisik bapak semakin berkurang. Bapak merasa sudah saat nya bapak mencari pekerjaan yang menetap, maaf kalau oleh berarti bapak harus menginap di rumah ini kalau anak mengijinkan (kepalaku tertunduk)". "Aq tidak berani ambil keputusan pak, ntar aq harus tanya suamiku dulu ya jawabku, sementara bapak malam ini tinggal aja disini, ntar aq ambilkan handuk, dan peralatan mandi untuk bapak."
Kemudian ia membawa peralatan mandi dan baju bekas suaminya "Pak ujang, ini bajunya ya diganti, kalau mau dicukur jangut ma kumis pak ujang ini pisau cukurnya ya " katanya sambil membawa baju dan pisau cukur, aku tersenyum melihanya dan mengambil baju dan pisau cukur itu dengan segan, ia bertanya "kenapa pak? kok tersenyum? ada yg lucu yaaq sambut juga dengan tersenyum". "Ga kok, bapak udah lama ga menerima kebaikkan seperti ini...", "ohhhh jangan begitu pak, aq sudah biasa sebagai rutinitas melayanin suami seperti ini, jadi aq tau keperluan laki² seperti apa" jawabnya singkat.
Setelah aku membersihkan diri dan pergi ke ruang makan, ia tersenyum dan bertanya, "janggutnya telah tidak ada lagi, tapi kok kumisnya masih ada sih pak ?" "bapak ga percaya diri kalau ga ada kumis ini nak "jawabku, ia mempersilahkanku makan, "ayo pak, makan dulu ya, yang kenyang ya" senyumnya. Aku mulai menyendok nasi dan gulai kemudian duduk dilantai, dengan alasan tidak mau semeja dengannya aku duduk di lantai sambil menikmati paha mulusnya yang di balut rok merah yang di atas lutut.
Sambil makan kami asik bercerita mengenai riwayat hidupku, ketika ia baru tersadar dan malu saat melihat sorot mataku ke bawah meja, ia merapatkan kakinya, aku berlagak terlihat malu untuk menghilangkan kecurigaan, untung suasana terasa mencair dan akrab karena aku pandai membuatnya tertawa saat kami saling bicara di meja makan walaupun makan telah usai, dari pembicaraan itu aku tahu namanya Vivi dan ia sudah menikah selama kurang lebih dua tahun tapi sayang belum punya anak.
"Jam menunjukkan pukul 10 malam, ga terasa ya pak ujang sekarang dah malam, aq mau tdur, kamar bapak dibelakang ya pak..." dan kemudian kami tidur di kamar kami masing-masing, saat tidur aku membayangkan tubuh majikanku yang molek itu, besoknya saat makan pagi ia perkenalkan suaminya. Suaminya tampak tidak perduli dan langsung pergi keluar rumah, dari perilakunya aku tahu suaminya sudah lama tidak menyentuhnya dan aku sangat senang karena tidak ada yang menggangguku menikmati tubuh majikanku.
Besoknya sambil kami mulai membersihkan rumah, aku mulai membersihkan dan merapikan tanaman, memberikan pupuk dan menebang dahan yang lapuk sementara Bu Vivi membersihkan rumah kadang-kadang kami bercanda sambil melakukan pekerjaan. Setiap ada kesempatan aku melirik Bu Vivi yang tampak seksi dengan celana pendek sepangkal paha dan tanktop bermotif bendera amerika yang menunjukkan keindahan payudaranya yang putih dan montok. Setelah beberapa lama, ia masuk rumah dan tidak segera kembali. Beberapa saat kemudian aku pergi ke kamar mandi, saat itu aku menemukan pakaian yang barusan dipakai Bu Vivi. Penasaran dengan apa yang dilakukan ia, aku segera pergi ke kamarnya.
Siang itu, Bu Vivi sedang tertidur di kamarnya dengan pintu terbuka, ia hanya memakai handuk warna putih. Handuk yang ia pakai tak mampu menutup lekukan tubuhnya yang seksi, rambutnya yang agak pirang indah tergerai di sofa dan pahanya yang putih tampak indah terpampang. Aku sedari tadi memperhatikan tubuh majikanku yang indah itu. Segera kudekati hingga terdengar desahan nafasnya terdengar halus. Akupun terus mendekat dan mencoba menyentuh tanganku ke gundukan dada montok milik Bu Vivi. Dengan hati-hati tanganku pun mulai meraba dengan lembut berkali-kali.
Bu Vivi tidak terbangun, sepertinya majikanku yang cantik ini sangat letih sekali akibat membersihkan rumah dari pagi. Karena mengetahui kondisi itu, dada montok itu terus saja kuraba halus berulang-ulang, bahkan sesekali kuremas-remas sehingga puting payudara Bu Vivi menonjol mengeras. Sepertinya hasrat seksualnya mulai naik. Tapi tetap saja matanya masih terpejam. Tanganku tidak berhenti sampai di situ, lalu dengan perlahan membuka sedikit ke bawah handuk yang menutupi payudara Bu Vivi, sehingga terpampanglah dua bukit kembar yang putih menantang, saking putihnya menampilkan warna kebiruan pembuluh darah Bu Vivi. Dengan puting areola yang berwarna merah jambu yang menonjol tanda rangsangan birahinya telah naik. Mungkin saat ini Bu Vivi sedang bermimpi.
Semakin lama jilatan berubah menjadi hisapan dan nafas Bu Vivi sudah tidak beraturan lagi. Desahan mulai terdengar hhhh... emmmm... hhhhh... ssssshh.... hhhmmmm. Tanganku meneruskan gerilyaannya sampai ke pusar Bu Vivi. Di bawah pusarnya tampak pemandangan indah menakjubkan, bulu jembut halus terlukis indah di atas nya. Bibir memek yang berwarna merah jambu terlihat seksi dengan tonjolan klitoris (itil)nya.. langsung saja bibir memek itu kujilati dan tonjolan itilnya kusentuh dan kutekan tekan. Desahan kenikmatan Bu Vivi terdengar lagi... uhhhhhhh... uhhh......
Wajah cantik itu terlihat sayu, mata yang masih saja terpejam seakan sedang bermimpi terus mengeluarkan desahan kepedasan mirip rintihan...
Satu jariku lalu mencoba menerobos liang memek si majikanku yang seksi ini...kutusuk dengan perlahan-lahan lalu dikeluarkan lagi lalu kumasukkan lagi terus berulang-ulang...sehingga bibir memek itu semakin lebar terbuka.
Basah pada bibir memeknya tanda rangsangan birahi telah terbakar jauh. Tusukan jemari ditambah hisapan pada itil majikanku yang seksi ini, semakin membakar birahinya. Kedua kaki Bu Vivi menegang dan seakan menjepit kepalaku. Ternyata Bu Vivi telah sampai klimaks orgasmenya yang lama dia belum pernah rasakan dan membuat lemas seluruh sendinya. Lalu pakaian Bu Vivi kurapikan kembali, dan aku pergi ke kamar mandi untuk memenuntaskan hasratku dengan celana dalam Bu Vivi. Setelah itu aku melanjutkan pekerjaanku di kebun.
Lampu Mati
Ternyata dewa keberuntungan masih bersamaku, tampak Ibu Vivi membiarkan apa yang kulakukan dan lampu di kompleks perumahan itu mati pada jam 6 sore. Ia kelihatan sangat seksi dengan daster pink dengan motif buah cherry yang terbuka di belahan dada dan rok diatas lutut, memang majikanku sangat cuek dalam berpakaian.
"Pakk ujannhgg" panggil Bu Vivi, "pak tolong idupin lampu emergency ya", "iya nak "jawabku, karena lampu emergency tak juga menyala, "napa sih pak, kok belum idup"Tanya Bu Vivi "ga tau juga ya nak.." jawab pak ujang. Ternyata lampu itu belum pernah dicas karena memang tidak pernah mati lampu. Akhirnya Bu Vivi memutuskan penerangan menggunakan lilin. aku duduk di lantai, sementara ia duduk di sofa, kami pun mengobrol tentang banyak hal. Saat Ia tertawa sering lupa menutup pahanya yang mulus itu dan membuatku makin gelisah. Dalam hatiku aku merasa ia sengaja memancingku, untuk sementara aku menahan diri dulu menunggu kesempatan.
"pak ujang jangan panggil nak, panggil aq cinta ya pak..""iya non cinta" kataku," pak ujang, cinta udah mau tidur, pak ujang mau tdur?" tanyanya, "iya non tidur aja, bapak juga mau masuk kamar", lalu kami masuk ke kamar kamu. Lampu juga tidak kunjung menyala, saat itu aku tidak bisa tidur dan memikirkan rencana berikutnya.
Hujan mulai turun tambah deras disertai petir menyambar, tiba – tiba ...
Tok tok tok rok tok... Bu Vivi mengetuk pintu kamarku. Tidak berapa lama aku membuka pintu, samar-samar terlihat Bu Vivi memakai baju tidur warna krem dengan tali tengah melingkari pinggulnya. "maaf pak menganggu, aq takut dan ga bisa tdur pak...pak ujang jaga aq ya" kata Bu Vivi penuh harap, aku terlihat bingung," mksud non cinta apa ya...bapak udah ngantuk mau tidur.."jawabnya," ya udah pak, kalau boleh aq tidur diatas bapak tidur dibawah ya..." jawabnya sekenanya. Di luar hujan semakin deras dengan petir yangz menggelegar, tampaknya ia bangun gara takut bunyi petir tersebut.
Aku mempersilahkan Bu Vivi tidur dikasurku sementara aku tidur beralaskan tikar di lantai. Setelah agak lama aku naik ke kasur, Bu Vivi tampak masih terlihat tidur meski nafasnya masih tidak beraturan, tampaknya ia berpura-pura tidur. Memang benar perkiraanku kalau birahi bu Vivi yang tadi siang kurangsang masih pada puncaknya, segera kesempatan ini ku ambil.
Aku pun naik ke ranjang, perlahan baju tidurnya kutarik dibagian kaki sampai pinggul sehingga buah pantatnya yang putih dan mulus terlihat olehku, tak lupa celana dalamnya kugunting di bagian memeknya. Aku melongo melihat memek Bu Vivi yang berwarna merah jambu dengan rambut-rambut halus disekitarnya serta aromanya yang membuat kontol yang berada di dalam celanaku tambah menegang. Lalu Aku mulai menjilati memek Bu Vivi dengan lembut, lidahku menerobos memasuki lubang memeknya, tak lama kemudian memeknya mulai terasa basah, tapi ia masih berpura-pura tidur. Dengan bernafsu aku menguak bibir memek Bu Vivi yang berwarna merah jambu dan lembab.
Badan majikanku yang seksi ini mengejang hebat saat lidahku menyeruak ke lubang memeknya dan menyapu klitorisnya. Semakin lama ibu muda berusia 23 tahun ini makin kesulitan menahan menahan erangannya ketika bibirku mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya. Setengah jam kemudian aku mulai menggesek-gesekkan kontolku di belahan memek Bu Vivi itu. Rasanya enak sekali, licin dan seperti dicucup oleh bibir memeknya. Lama kelamaan belahan memek itu makin melebar, kini aku bisa melihat sebuah lubang di bagian bawah belahan memek majikanku.
Hilang sudah akal sehatku, aku benar-benar terangsang hebat! Kontolku rasanya sudah ngilu menahan birahi sedari tadi. Perlahan-lahan aku berusaha menempatkan kontolku di depan memek Bu Vivi. Lalu kutekan pelan-pelan hingga setengah dari 'helm baja'ku masuk di dalam memek itu. Pelan-pelan aku menekankan kontolku ke memek majikanku yang seksi ini, 'helm'ku sudah masuk seluruhnya. Tak lama kemudian kontolku sudah mulai menyeruak memeknya, kini tidak hanya sebatas 'helm'nya saja, tetapi aku pelahan-lahan menekan masuk ke dalam memeknya.
"Errrghhh....mmmmm......" Sesekali Bu Vivi mengeluarkan erangan, tapi ia masih berpura-pura tidur dengan tubuh menyamping di ranjangku. Tidak kupedulikan rasa terpilin, dan agak perih di kulit kontolku. Sempit! Dengan hati-hati aku kembali menekan masuk di memeknya. Sudah setengahnya masuk. Memek majikanku semakin basah, karena liangnya masih terlalu sempit untuk kumasuki. Aku kembali menarik keluar dan berusaha menekan kembali ke dalam liang. Erangan Bu Vivi yang tertahan terdengar erotis di telingaku, walau matanya tertutup tapi kedua tangannya meremasi sprei sedangkan wajahnya memerah menahan nafsu.
Setelah beberapa kali berusaha mencoba, akhirnya kontolku berhasil terbenam seluruhnya di dalam memek Bu Vivi, bahkan masih ada bagian di pangkalnya yang masih ada di luar. Tidak bisa masuk lagi alias mentok. Aku berdiam sejenak setelah perjuanganku barusan, keringatku bercucuran, kuresapi kedutan-kedutan di seluruh dinding memek ibu muda yang seksi ini. Dapat kurasakan memeknya yang makin basah sedangkan kontolku makin mengeras dan berdenyut-denyut kencang.
15 menit kemudian aku mulai menaik dan memasukkan kontolku, dari raut mukanya Bu Vivi seolah ingin merintih dan menjerit nikmat tapi berpura-pura tidur karena menjaga harga dirinya. Dengan pelan dan lembut kontolku mengawini memeknya, sampai akhirnya Bu Vivi menangis pelan, kemudian kuusap air matanya, sambil mengawini Bu Vivi dengan lembut aku menciumnya, ia pun mulai membuka mata dan menatap sayu ke mataku.
Saat ia menatap ke bawah melihat memeknya yang putih sedang proses dikawini kontolku yang hitam besar, ia takjud melihat ukurannya kontolku, aku rasakan lubang memek Bu Vivi yang masih sempit itu makin menjepit dan meremas-remas kontolku. Kudorong kontolku hingga menyusup lebih jauh, Ia pun merintih, "Pelan² ya pak" lirih Bu Vivi, ia mulai merubah posisi menjadi terlentang sehingga aku lebih leluasa mengawininya.
Aku mulai menarik dan menusuk memeknya dengan agak cepat sambil memuji "memek non sempit banget,putih lagi, bapak suka, memek non tebel banget" pujian itu membuatnya tambah terangsang, ia pun membantuku dengan mengangkat pinggulnya yang gemulai itu menjemput kontolku yang hangat. Tanpa malu ia mendesah-desah kenikmatan saat kutindih dengan mesra, "pakkk" desisnya "...cinta mau dibuahi sama pak ujang....cinta mau hamil pak...beri cinta anak please...."
Aku memandang Majikanku dengan penuh rasa sayang. Mata kami bertatapan penuh arti, sinar hangat dari matanya yang sendu seakan berbicara 'aku sayang kamu!' Bibirnya setengah terbuka, mengeluarkan erangan-erangan yang menggairahkan. Kupercepat gerakanku, kami terus bertatapan, perasaanku sudah tidak dapat dilukiskan lagi! Rasa nikmat, rasa sayang bercampur baur jadi satu. Baru kali ini tatapan mata seorang wanita seakan menembus seluruh jantungku!
"Sssshhh.....aaaaaaahhh.....rrrrr...." Bu Vivi menggeram hebat.
Tubuh Bu Vivi mengejang, sesaat memeknya berkontraksi meremas kontolku. Lalu ser,crot crot crot. Kontolku mengeluarkan laharnya dengan banyak dalam memek Majikanku. Iapun memelukku dengan erat.Kedua kakinya diapitkan dipinggangku.Aku terkulai lemas diatas tubuhnya. Kami orgasme secara bersamaan. Kubiarkan kontolku dalam memek Bu Vivi sementara memeknya berkedut2. Sungguh sangat nikmat "...nonnn kntol bapak tidak akan bapak cabut ampe pagi ya biar non bisa hamil..." Dengan posisi kelamin kami bersatu, kami kemudian tertidur.
Dini hari aku terbangun ketika kurasakan memek Bu Vivi hendak dilepas dari kontolku, gerakan Bu Vivi yang menarik memeknya untuk melepas kontolku justru membuat kontolku bangun, dengan cepat kontolku mengeras.
"A....kh!" Bu Vivi terpekik saat ia kutarik dan kupeluk dengan kuat, tak lama kemudian terasa bau anyir air seni, ternyata tusukan kontolku membuat Bu Vivi tak mampu lagi menahan kencingnya.
"pak please nanti suamiku tau" hibanya, "Udah non Cinta jalan aja ke kamar, nanti bapak anterin". Tidak mampu membantah bu Vivi pun menggerakkan pantatnya yang semok dan putih itu dan mulai berjalan menuju kamarnya. Tanpa membuang waktu kulucuti BH yang dipakai Bu Vivi menyisakan baju tidur yang terbuka di punggungnya, dengan segera tubuh majikanku yang putih mulus ini kurangkul dan dengan segera kontol menghujam memek Bu Vivi. Sementara punggungnya yang putih mulus bagai porcelin kukenyoti hingga meninggalkan bilur-bilur warna merah bekas gigitan berwarna kemerahan.
"Aihhhh...eungghhhh...." Bu Vivi mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar,panjang dan hangat mulai menusuk memeknya melalui belakang.
Badan majikanku yang seksi ini mengejang ketika menyadari memeknya kembali dimasuki kontolku sementara ia hanya bisa pasrah. Hingga sekejap kemudian Bu Vivi merasakan batang kontolku yang jauh lebih besar dan panjang di banding milik suaminya, telah bersarang di lubang memeknya hingga menyentuh rahimnya. Badan Bu Vivi hanya mampu menggelinjang ketika aku mulai menggerakan kontolku dalam jepitan memeknya.
"Mmmfff...enak juga bersebadan sambil berdiri....nnghhh...oohhh " Ujarku di belakang Bu Vivi sambil menggerakkan pinggangku maju mundur dengan napas terengah-engah.
Tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya. Bu Vivi mulai mendesah, apalagi tangan kananku itu kini menyusup ke balik baju tidurnya dan memilin-milin puting susunya yang peka sementara kepalaku dengan ganas mulai menciumi dan menjilati keteknya yang putih bersih. Aku itu suka sekali sama ketek majikanku ini, putih bersih dan harum, menambah daya tarik tubuh mulus dan putih majikanku.
"Ayo Non Cinta....ahhhh... ...nikmati...ahh....nikmati...." Sambil kumaju mundurkan kontolku yang terjepit lubang memek ibu muda yang kesepian ini. Bu Vivi memejamkan matanya, menikmati terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu sambil berjalan ke kamarnya. Sesampai di sana, terlihat suaminya tertidur pulas.
"Angkat kakimu Non Cinta" ia pun mengangkat sebelah kakinya dan menaruhnya di atas meja rias sehingga ia berdiri dalam posisi kaki mengangkang sebelah, akupun terus saja menggenjot vagina Ibu muda yang kesepian ini sambil mencium dan melumat bibirnya yang seksi itu. Bu Vivi tak mau kalah, Ia pun maju mundur menghadapi seranganku sementara kedua payudaranya bergoyang mengikut gerakan genjotanku. Jeb.., jeb.., jebb..! Kontolku yang besar itu keluar masuk berkali-kali.. Kami sudah seakan terbang melayang sampai langit ketujuh. Mata kami merem melek, sementara tubuhku dan Bu Vivi juga bergetar dan menggelinjang keras dan basah oleh keringat.... suaminya yang ada di depannya sudah terlupakan.
Sekitar 10 menitan aku menggenjot,sesuatu mau muntah dari kontolku. Maka semakin kupercepat genjotanku. "Pakk ujannhgg ...aaduuhh...aahhh...gak tahan nih!" erang Bu Vivi, kurasakan jepitan Bu Vivi kian ketat berdenyut-denyut pada batang kontolku dan cairan kewanitaan majikankanku yang seksi ini terasa mengguyur batang kontolku yang datang bergelombang. Lalu ser,crot crot crot, Kontolku mengeluarkan laharnya dengan banyak dalam memek Bu Vivi.
Aku terkulai lemas diatas tubuh Bu Vivi, kami orgasme secara bersamaan. Kubiarkan kontolku dalam memek Bu Vivi. Memek Bu Vivi berkedut2, sungguh sangat nikmat, setelah kontolku keluar dengan sendirinya dari memek Bu Vivi, aku mencium keningnya. Aku terbaring lemas, sungguh sangat nikmat tak lama kemudian aku kembali ke kamarku dengan rasa puas.
Beberapa bulan kemudian
Tak terasa telah tiga bulan berlalu sejak hari bersejarah itu, aku dan Bu Vivi selalu bercinta bila ada kesempatan apalagi Pak Adi seperti sudah tidak perduli pada istrinya yang seksi ini. Suatu hari, suaminya mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit. Hingga berapa hari ini aku tidak dapat melakukan aksinya seperti biasa. Bu Vivi bersikap biasa-biasa saja, malah cenderung sedikit lebih diam.
Hari itu ada temanku sedang ada acara hingga aku ijin ke cuti dan dikabulkan Bu Vivi, saat teman-temanku mengajak main ke pelacuran, Aku pulang duluan dengan alasan ga enak badan maklum rasa memek PSK kalah jauh dengan memek majikanku. Ketika aku pulang Bu Vivi sudah pulang dan tengah duduk di ruang tamu dengan memakai rok mini dengan stoking hitam dan kaos ketat biru yang menunjukkan belahan dadanya yang menantang. Suaminya tidak terlihat.
"Loh..... non Cinta, gimana pak Adi kemana? Apa ia sudah membaik?"
"Belum, Pak."
"sampai sekarang belum bisa pulang juga?"
"Entahlah ....."
Kebetulan, pikirku. Jadi lebih bebas.
"Perlu dibantu?" tanyaku.
"Sudah kelar kok. Ini aku mau mandi. Belum sempat mandi dari pagi, abis tadi pagi menjaga ko Adi di rumah sakit. Siangnya kerjaan dirumah sudah numpuk. Pak Ujang yang biasanya bantu Cinta lagi cuti."
"Wah... maaf deh non. Janji ga akan lagi. Pak Ujang akan terus untuk ngebantuin non Cinta."
"sekarang bantu Cinta bersihin pelataran."
"Jangan dulu donk, non."
"tuh kan... katanya mau bantu......"
"pasti dibantu. Cuma, Pak Ujang kan belum cium Cinta."
"Ih.... Cinta belum mandi....... Udah bau nih...... dari pagi berjaga di rumah sakit...."
"Biar belum mandi, Pak Ujang tetap sayang Non Cinta. Cuma, Non Cinta kayaknya ga sayang Pak Ujang, deh."
"Loh, kok ngomong gitu?"
"Kan kemarin Pak Ujang minta Non Cinta jangan pake baju kalau kita berdua aja. Non Cinta sekarang pakai baju. Non Cinta ga sayang."
Bu Vivi hanya menggeleng sambil tersenyum. Dasar Pak Ujang nakal.
"Ada yang mau Cinta sampaikan kepada Pak Ujang terlebih dahulu."
"Apa itu, Non?"
Ia mengajak ku ke masuk ke dapur lalu kami duduk di meja makan.
"Cinta mau cerita tentang sejarah keluarga Cinta..."
Maka, ia nya mulai menceritakan sejarah keluarganya kepadaku. Tiga tahun yang lalu, ketika Bu Vivi berumur 20 tahun, ia bertemu dengan Pak Adi. Kala itu, ia kenal dengan Pak Adi dari perkumpulan gereja. Pak Adi merupakan jemaat gereja yang aktif, setelah setahun mereka berkenalan, mereka memutuskan untuk menikah bertepatan dengan saat ia lulus kuliah.
Namun setelah setahun menikah dan ketahuan mandul, Pak Adi tidak pernah menyentuh Bu Vivi lagi secara seksual. Lama-kelamaan, Bu Vivi bingung dan menanyakan ini pada Pak Adi. Akhirnya Pak Adi mengaku bahwa, sebenarnya ia menyukai lelaki. Ternyata Pak Adi itu homo. Sebenarnya Pak Adi suka lelaki dari saat ia remaja, namun karena lingkungan keluarganya yang agamis melarang dan mencaci homo, maka Pak Adi berusaha membangun keluarga. Ia berhasil berhubungan seks dengan cara membayangkan lelaki, sayang laporan medis itu menghancurkan tekadnya.
Di tempat kerjanya, Pak Adi menemukan kekasihnya. Seorang lelaki bernama Andi yang bujangan walaupun umurnya sudah empat puluh. Andi ini bekerja sebagai akuntan yang bekerja di perusahaan tempat Pak Adi bekerja. Inilah mengapa ia sering pulang malam, atau bahkan tidak pulang.
Akhirnya aku mengerti. Lalu Bu Vivi berkata,
"Kamu kan ingat, akhir-akhir ini ia makin jarang pulang?"
"Iya, non."
"Ternyata kekasihnya sangat posesif dan ingin memiliki ko Adi sepenuhnya, kecelakaaan kemarin gara mereka bertengkar di mobil."
Aku kaget. Ia tak mengira ada rahasia gelap di balik rumah tangga majikannya.
"Ada satu lagi kabar baru Pak Ujang"
"Ada apa Non Cinta ?"
"Cinta hamil. Baru kemarin Cinta tahu."
"Waduh... gimana, dong?" tanyaku takut tapi di lain pihak aku bangga juga bisa menghamili Bu Vivi.
"tenang, Pak. Barusan ada kabar kalau ko Adi sudah meninggal dan rumah ini jadi milikku sepenuhnya. Kini cuma ada kita berdua saja yang tinggal di sini."
Akupun menjadi lega, bantuan dengan kenalanku dengan mudah aku bisa menutupi kondisi Bu Vivi asal tidak ada yang tahu.
Banyak sekali yang dibicarakan kami bicarakan, sehingga kami lupa melakukan hubungan seks hari itu. Besok paginya aku melanjutkan pekerjaankun membersihkan kebun dan pelataran sementara Bu Vivi membersihakan rumah. Walaupun belum bercinta dengan Bu Vivi hari itu, Aku merasa di awang-awang. Akhirnya hubungan kami dapat dilakukan dengan leluasa.
Malam itu kami makan di ruang makan seperti biasa, hanya berdua saja. Setelah makan dan meja sudah dibereskan, aku yang sudah menahan nafsuku seharian, segera merangkul Bu Vivi dan mencium bibirnya. Majikanku yang kaget, dengan cepat membalasnya. Kamipun bercumbu di atas ranjang di kamar Bu Vivi, ia terlihat sangat cantik dengan bh dan rok pendek transaparan warna pink, ia juga memakai stoking jala yang menambah seksi kakinya yang putih mulus.
Selama ini Bu Vivi takut kalau hamil akan membuat ia ketahuan selingkuh. Tapi ternyata takdir berkehendak lain, sebelum ketahuan suaminya sudah meninggal duluan.
Aku yang sudah menahan-nahan birahi sepanjang hari, segera membuka baju dengan cepat dan membuangnya di lantai. Bu Vivi tersenyum melihat tindakanku itu. Ia lalu membuka celana dalamnya hingga memeknya yang putih dan tebal terpampang indah tanpa ganguan.
Kami berdiri berhadapan. Aku memegang kedua tangan majikanku.
"Mulai hari ini, Non Cinta adalah isteri Pak Ujang," kataku, "kita adalah suami isteri. Non Cinta sudah mengandung anak hasil hubungan kita. Pak Ujang janji akan selalu mencintai Non Cinta sampai selama-lamanya."
Bu Vivi terdiam. Hatinya berbunga-bunga. Ia tersenyum malu-malu bagaikan pengantin di malam pertama.
"Cinta selalu mencintai Pak Ujang. Cinta akan jadi isteri yang menurut, yang mengasihi Pak Ujang, merawat Pak Ujang dan memberikan apapun yang Pak Ujang minta."
Aku lalu menerkam Bu Vivi lalu menyosor bibir Bu Vivi dengan rakus. Kami berciuman sambil berdiri dengan saling berpelukan. Suara kecipak bibir beradu mengumandang. Agak lama, aku maju perlahan mendekati ranjang. Bu Vivi mengikuti gerakanku yang mendorongnya ke ranjang.
Kami berciuman sampai kami bertindihan di ranjang. Tangan Bu Vivi meremas-remas rambutku. Sementara kedua tanganku kini memegang dagu Bu Vivi dari samping. Ciuman kami basah karena lidah kami saling menari-nari berkejaran dan berbenturan. Aku menikmati cumbuan itu. Lalu aku mulai menjilati seluruh wajah Bu Vivi. Bu Vivi hanya mendesah ketika lidahku yang basah menyapu sekujur wajahnya dari jidat sampai dagu.
Lidahku kini menyapu leher Bu Vivi. Bu Vivi menggelinjang karena perasaan geli bercampur nikmat, apalagi jilatan lidahku itu terkadang disertai cupangan-cupangan yang membuat lututnya lemas. Kedua tangannya tetap meremas rambutku. Lidahku kini menyusuri dadanya, kujilati belahan dada Bu Vivi yang tertutup beha tipis berwarna pink dengan tampilan putting yang sudah menonjol keras. Dengan rakus kulahap puting kanan Bu Vivi sambil tangan kananku meremas payudara Bu Vivi yang sebelah kiri. Merasa kurang leluasa maka beha itu pun kulepas pengaitnya hingga tampak sepasang payudara montok yang seperti gunung hendak meletus. Aku menciumi kedua payudaranya, perlahan berputar mengelilingi putingnya, dan kemudian mengecup kedua putingnya.
"oohhh.. shhhh.. hhh.. " jerit Bu Vivi tak kuasa menahan nafsunya. Tampak wajah Bu Vivi makin tidak karuan, desahan-desahan halus terdengar, disusul oleh bunyi kecupan bibir dan lidahku. Aku semakin meradang, kumainkan lidahku di ujung puting kanannya, sementara kedua tanganku meremas-remasnya, mengecupnya lagi dan kemudian kuhisap perlahan, perlahan, dan kesentakkan untuk menghisapnya secara keras. Terkadang mulutku menyedot pinggir payudara Bu Vivi, bagian bawah payudara Bu Vivi, bagian atasnya, pokoknya setiap jengkal dada kanannya dijelajahi oleh lidah dan mulutku sehingga kini di sana-sini terlihat bekas cupangan.
Nasib yang sama juga dialami oleh payudara kirinya. Aku menyerang tetek kirinya dengan buas dan terkadang terlihat seakan Aku sedang makan buah atau makanan nikmat.
Kemudian kugelitik pusar Bu Vivi dengan lidahku, sementara tanganku mulai merambat dari betis Bu Vivi hingga naik keatas ke paha Bu Vivi yang sekal dan mulus tanpa cacat itu. Kuelus paha mulus majikanku yang cantik ini dengan gerakan perlahan berulang kali. Sementara lidahku mulai menjilati bagian bawah perut Bu Vivi sampai akhirnya tiba di semak belukar milik Bu Vivi. Kini Aku mulai menjilati seluruh jembut Bu Vivi bagaikan anjing yang sedang minum.
"Memek Cinta, Pak Ujangg...... jilatin memek Cinta donk......."
Tak berapa lama kemudian aku menyelusupkan wajahku diantara kedua selangkangannya, mungkin ini kali pertama aku melakukannya, kujulurkan lidahku diantara belahannya, Bu Vivi membukanya lebar-lebar, kujilati perlahan permukaan vaginanya, dan sepertinya ia semakin kehilangan kendali, menikmati sensasi yang kuberikan, memeknya mulai basah, aku terus menjilatinya, seakan ingin memberikan kenikmatan yang ingin diraihnya.
"Oooh...... Pak Ujang ........... begitu...... iya...... jilatin terus memek Cinta......... Ooooooh....... Iya...... yang keras........"
Aku mulai merogoh lubang kencing Bu Vivi dengan lidahku. Ada campuran bau pesing dan bau tubuh Bu Vivi di daerah itu. Aku memainkan klitoris Bu Vivi dengan telunjuk kananku sementara lidahku mengoyok-oyok dinding dalam memek Bu Vivi dengan bersemangat.
Tak lama kami berdua keringatan. Memek Bu Vivi telah basah kuyup karena campuran keringat dan cairan kewanitaan. Aku suka sekali memek Bu Vivi, bagaimana baunya dan rasanya di lidah menyatu menjadi suatu bau yang sangat erotis.
Bu Vivi mendekap kepalaku lalu mendorongnya hingga seluruh mulutku mampir di vaginanya. Aku menjilati dinding memek Bu Vivi dengan membuat gerakan memutar.
"Oooh...... Pak Ujang ........... begitu...... iya...... jilatin terus memek Cinta......... Ooooooh....... Iya...... yang keras........"
Akhirnya Bu Vivi sudah tidak tahan. Ia pun sepanjang hari memikirkan momen ini. Momen dimana puncak kenikmatan sejati akan kami berdua raih. Hubungan kelamin adalah puncak hubungan dua orang manusia. Dan kami sedang berusaha menggapai puncak itu. Maka Bu Vivi berkata,
"Udah dulu, Pak Ujang.... Sekarang masukkan kontolmu ke memek Cinta...... gagahi Cinta....... Setubuhi Cinta......... ayo, sayang.......... Pak Ujang...... Ayo bersatu dengan Cinta....... Kita jadi satu tanpa ada yang memisahkan kita........."
Mendengar Bu Vivi berbicara seperti itu, birahiku meledak. Aku segera bangkit lalu menuntun rudalku ke hadapan liang senggama Bu Vivi. Bu Vivi meraih ujung kontolku lalu menempatkan kepala kontolnya tepat di ujung lubang kencing Bu Vivi itu.
"Dorong, Pak Ujang......... masukkan kontolmu ke dalam memek Cinta......... inilah waktu yang kamu tunggu-tunggu...... mari bersenggama dengan Cinta.......... Entotin Cinta, Pak Ujang....... Entotin Cinta, Pak Ujang...... gagahi Cinta, Pak Ujang.......... Jajah rahim Cinta dengan pasukan spermamu, Pak Ujang...."
Aku dengan tenaga penuh mendorong pantatnya ke depan. Serta merta kontolku ambles ke dalam liang senggama Bu Vivi yang licin dan sempit itu.
"enaknya!" teriakku.
Vagina Bu Vivi yang terus dirawat empunya itu dengan senam rutin dan jamu jamuan memang rapet dan legit, membuatku merasa seperti kontolku dipelintir oleh otot vagina Bu Vivi yang terus terasa berdenyut membuat kontolku main lama makin tegang dalam gua itu. Seterusnya aku membuat posisi maju mundur menghentakkan pinggulnya, dengan napas terengah-engah menghentakan kontol besarku dan Bu Vivi pasrah saja disetubuhi sedemikan rupa, pantat wanita itu sudah terbiasa menerima sodokanku. Malahan dengan naluriah pantat Bu Vivi mengimbangi goyangan dari bawah dengan arah berlawanan, hingga menimbulkan sensasi tersendiri bagi kedua manusia itu.
Bu Vivi mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau "Oh besar sekali punyamu Pak Ujangggg...Uggghhh.... Oooh ... yeah..". Aku dengan gencar mengocok kontolku didalam vagina yang mulai basah itu.
Di lain pihak, Aku kini asyik menyusui payudara kiri Bu Vivi. Kusedoti pentil Bu Vivi yang telah tegak berdiri terkadang dari pentil itu keluar air susunya, sesekali lidahku menyapu secara memutar di puting majikanku yang seksi ini. Ia yang sekarang sudah terbebas dari perasaan takut akan suaminya, kini secara lepas mengerang, merintih bahkan bersuara keras menikmati hujaman demi hujaman kontolku yang menggagahi memeknya berulang-ulang.
"Pak Ujang yang baik........ entoti Cinta, Pak Ujang....... Entoti yang keras........... pakailah Cinta sesukamu, Pak Ujang...... gagahi Cinta terus....... Tusukkan kontolmu keras-keras di memek Cinta......... aaaaahhhhhh........... terus, Pak Ujang...... terus, sayaaaaang........ jangan berhenti......."
Kamar tidur yang seharusnya menjadi peraduan Bu Vivi dan suaminya kini dipenuhi suara erangan dan seruan kenikmatan ibu muda yang seksi ini ditambah dengan suara selangkangan yang beradu. Memek Bu Vivi memancarkan bau tubuh perempuan yang sedang birahi selain itu aroma ketiaknya juga memperjelas bau tubuhnya itu, apalagi setelah beberapa menit ia berkeringat deras. Aku pun kini mandi keringat. Bau tubuhku dan bau tubuh majikanku membaur dan menguasai kamar Bu Vivi. Kamar ini kini penuh dengan aroma seks.
Aku dapat merasakan tubuhku mengeluarkan peluh, sementara tubuh Bu Vivi juga sudah licin karena basah oleh keringat juga. Keringat kami kini bercampur saling menempel di kulit masing-masing. Tubuh Bu Vivi memang dibuat untuk kuentot. Tubuh Bu Vivi terasa halus dan empuk dan hangat, sementara memek Bu Vivi serasa sangat pas bagi kontolku. Seakan-akan kontolku telah memasuki suatu cetakan yang tepat sekali ukurannya.
Aku merasa melayang di langit ketujuh, aku sungguh menikmati persetubuhanku dengan Ibu muda yang cantik ini. Bau tubuh Bu Vivi selalu memabukkan diriku, kini memek Bu Vivi juga menjadi sesuatu yang seperti candu bagiku. Aku merasa tidak akan pernah bosan ngentotin Bu Vivi.
Mulutku kini kembali menjelajah setiap jengkal payudara Bu Vivi. Segala hal yang dapat kulakukan untuk merasakan kulit payudara Bu Vivi telah dilakukannya. Menjilat, menyedot, mengecap, mencupang bahkan menggigit perlahan telah kulakukan terhadap payudara putih mulus dan montok itu.
Setelah payudara kiri Bu Vivi itu telah habis kujelajahi, meninggalkan bekas cupang di sana sini dan air liur yang bercampur dengan keringat kami, Aku lanjut mengeksplorasi payudara Bu Vivi yang satu lagi.
Bu Vivi merasa bahagia sekali. Ia akhirnya dapat berhubungan badan denganku tanpa takut apa-apa lagi. Kabar meninggalnya suaminya menambahkan perasaan euphoria bagi Bu Vivi. Kini ia tidak menahan-nahan nafsunya lagi melainkan melepaskan segala birahinya denganku. Telah setahun Bu Vivi hidup tanpa dijamah lelaki, kini adalah saatnya untuk menggantikan semua waktu yang lewat di mana tak ada belaian pria baginya.
Kini, tukang kebunnya pria yang barusan masuk kedalam kehidupannya, menjadi pemuas birahi baginya. Bu Vivi dan diriku menjadi satu. Tidak ada penghalang satupun di antara kami. Kedua organ intim kami menjadi satu, mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan ke seluruh tubuh, mematikan segala logika di otak dan meniadakan suara hati.
Ku medekap Bu Vivi dari atas, memeluk seolah tak mau melepaskan wanita cantik itu. Dan Bu Vivi pun tak kalah, tangannya memeluk bahuku yang menindihnya dan sesekali mencakar punggungku, yang malahan merasakan sensasi tersendiri dengan cakaran kuku Bu Vivi di punggungnya. Dan lidahku terus sibuk menciumi dan menjilati leher hingga telinga Bu Vivi, sambil terus menyodok dari atas. Tangan aku mengunci kedua tangan Bu Vivi dengan cara mengapit lengan Bu Vivi dengan lenganku yang berotot.
Sementara kedua paha Bu Vivi telah terkangkang hingga makin memudahkan penis aku hilir mudik menggenjot vaginanya. Dengusan yang terdengar dari mulut Bu Vivi setiap merasakan genjotannya itu makin membuatku terpacu untuk mempercepat gerakannya pinggulku. Suara berkecipak terdengar setiap kali badanku membentur badan Bu Vivi, di sela-sela desah dan eranganya. Majikanku yang seksi ini merintih dan mengerang begitu jalang merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh badannya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot-ototnya menegang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan yang tak terlukiskan. Dengan mata merem melek, Ibu muda ini mengerang dan merintih penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi
Iapun memelukku erat-erat pada kedua tangan dan kakinya sambil berkata,
"Cinta sampeeeeeeeee................................... Pak Ujangggggggggggggg........"
Dinding vagina Bu Vivi berkedut-kedut seakan mulut yang membuka menutup. Aku yang juga mendekati klimaks sebelum Bu Vivi orgasme, menjadi tak tahan lagi. Sensasi memek Bu Vivi yang membuka menutup itu mengirimkan sinyal yang kuat pada tubuhku. Akhirnya tak berapa lama setelah Bu Vivi mulai orgasme, Aku pun mencapai puncak kenikmatan itu. Kontolku melepaskan air mani ke dalam rahim Bu Vivi yang sudah terisi janin, janin yang didapat dariku. Aku menekan dalam-dalam kontolku pada memek Bu Vivi yang sedang kontraksi, sehingga selangkangan kami menempel keras.
Bu Vivi yang sedang orgasme merasakan kontolku menekan keras, gerakan hujaman itu, ditambah dengan dorongan pantat Bu Vivi sendiri membuat sedikit ujung kontolku melewati liang senggamanya. Hampir setengah senti kontolku menembus liang senggamanya dan mencapai ke dalam rahimnya. Kemudian Bu Vivi merasakan kontolku itu menumpahkan spermanya langsung ke dalam rahimnya.
"Pak Ujaaangggg di rahim Cintaaaaaaaaaaa.......... Pak Ujaaangggg masuk ke rahim Cinta lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..."
Aku dapat merasakan sedikit ujung kontolku melewati lingkar lubang kencing Bu Vivi. Rupanya kontolku telah masuk begitu jauhnya dan sampai di rahim Bu Vivi. Saat itu aku dapat merasakan tubuh Bu Vivi, terutama pinggul ke bawah bergetar seakan menggigil, lubang vagina Bu Vivi mencengkram batang kontolku dengan kuat sekali, saat itulah kulepaskan pejuku di dalam rahim Bu Vivi.
"lobang memek Non Cinta pepet bangeeeeeeeeeeet........ Aku ngecrooooooot................ Aku ngecrotin Cintaaaaaaaaaaa........... terima maniku, Nonnnnnnnnnnnn ......................"
Bu Vivi terkulai lemas dibawah tubuhku, yang mendekap tubuh Bu Vivi dari atas. Kami berdua terlihat mengatur nafas kami yang ngos ngosan akibat bertempur. Bu Vivi yang merasa benar-benar terpuaskan olehku memeluk erat tubuh kekarku hingga kedua payudaranya melekat di dada berototku. Aku telah membuat sukmanya serasa terbang keawang awang dan tubuh kami berdua telah bersimbah keringat birahi.
Bu Vivi menciumi ubun ubunku dengan perasaan puas tiada kentara. Tubuhnya terasa licin akibat keringatnya bercampur keringatku. Sementara penisku masih bersarang di dalam gua kenikmatannya, Ibu muda yang seksi ini ingin benda itu tetap disana, sampai rasa hangat yang menghantam rahimnya itu hilang.
Kehidupan Bu Vivi kini berbeda, sekarang ia yang bahagia luar dalam. Walaupun tidak terlalu mengenal almarhum suaminya, aku berterima kasih karena kini tubuh Istrinya yang seksi bisa kurasakan kapanpun dan dimanapun.
Namaku Ujang bertahun - tahun aku berjualan es keliling melewati perumahan itu, aku tidak pernah merasakan gairah dengan penghuninya hingga aku bertemu ibu muda itu saat ia membeli es padaku. Tubuhnya cukup indah ditunjang dengan paha putih mulus dan menurutku ia juga cukup cantik dengan tanktop and hotpants yang ia pakai. Sejak saat itu pikiran ngeres itu datang, bahkan sekarang jika aku ngocok kontol, wanita itu-lah yang jadi bahan fantasi. Lebih gila dari itu jika aku ngentot PSK yang ku sewa, aku membayangkan ibu muda itu sedang melayaniku.
Ide menggarap wanita itu muncul saat aku membantu pekerjaan temanku Badri memilah koran bekas, maklum untuk hidup di Jakarta hasil berjualan es saja tidak cukup. Hal itu ketika terjadi aku menemukan iklan mencari tukang kebun di harian surat kabar lokal dengan alamat rumah tempat wanita itu tinggal. Memang iklan itu sudah diterbitkan 3 hari yang lalu beruntung saat aku melewati ke rumah itu belum kutemui orang yang menjadi tukang kebun
Pada jam 4 sore dengan penampilan yang agak dekil dan bau serta tampang memelas aku pergi ke rumah itu karena aku tahu ia mudah kasihan. Hari itu ia terlihat sangat cantik dengan daster merah bertali dengan rok diatas lutut dan terbuka di daerah dada. Ia bertanya "emang bapak sanggup bekerja? nama bapak siapa?", jawabku "nama saya Ujang, iya bapak masih kuat kerja kok nak...hanya saja bapak sekarang belum makan, bapak boleh minta makan ?"
Setelah berpikir sejenak ia mempersilahkanku masuk, kemudian mempersilahkanku untuk duduk "tapi bapak punya rumah dimana?" tanyanya, "Rumah Bapak di Sulawesi, Bapak kesini mencari kerja, tapi yang ada malah ga bisa pulang lagi ke Sulawesi, bapak ga punya istri dan anak, karena semasa muda bapak dihabiskan dengan merantau ke mana mana, bapak suka berjalan sesuka hati kemana aja, tapi ya beginilah nak, ternyata bapak tua dijalan, umur makin hari makin bertambah, fisik bapak semakin berkurang. Bapak merasa sudah saat nya bapak mencari pekerjaan yang menetap, maaf kalau oleh berarti bapak harus menginap di rumah ini kalau anak mengijinkan (kepalaku tertunduk)". "Aq tidak berani ambil keputusan pak, ntar aq harus tanya suamiku dulu ya jawabku, sementara bapak malam ini tinggal aja disini, ntar aq ambilkan handuk, dan peralatan mandi untuk bapak."
Kemudian ia membawa peralatan mandi dan baju bekas suaminya "Pak ujang, ini bajunya ya diganti, kalau mau dicukur jangut ma kumis pak ujang ini pisau cukurnya ya " katanya sambil membawa baju dan pisau cukur, aku tersenyum melihanya dan mengambil baju dan pisau cukur itu dengan segan, ia bertanya "kenapa pak? kok tersenyum? ada yg lucu yaaq sambut juga dengan tersenyum". "Ga kok, bapak udah lama ga menerima kebaikkan seperti ini...", "ohhhh jangan begitu pak, aq sudah biasa sebagai rutinitas melayanin suami seperti ini, jadi aq tau keperluan laki² seperti apa" jawabnya singkat.
Setelah aku membersihkan diri dan pergi ke ruang makan, ia tersenyum dan bertanya, "janggutnya telah tidak ada lagi, tapi kok kumisnya masih ada sih pak ?" "bapak ga percaya diri kalau ga ada kumis ini nak "jawabku, ia mempersilahkanku makan, "ayo pak, makan dulu ya, yang kenyang ya" senyumnya. Aku mulai menyendok nasi dan gulai kemudian duduk dilantai, dengan alasan tidak mau semeja dengannya aku duduk di lantai sambil menikmati paha mulusnya yang di balut rok merah yang di atas lutut.
Sambil makan kami asik bercerita mengenai riwayat hidupku, ketika ia baru tersadar dan malu saat melihat sorot mataku ke bawah meja, ia merapatkan kakinya, aku berlagak terlihat malu untuk menghilangkan kecurigaan, untung suasana terasa mencair dan akrab karena aku pandai membuatnya tertawa saat kami saling bicara di meja makan walaupun makan telah usai, dari pembicaraan itu aku tahu namanya Vivi dan ia sudah menikah selama kurang lebih dua tahun tapi sayang belum punya anak.
"Jam menunjukkan pukul 10 malam, ga terasa ya pak ujang sekarang dah malam, aq mau tdur, kamar bapak dibelakang ya pak..." dan kemudian kami tidur di kamar kami masing-masing, saat tidur aku membayangkan tubuh majikanku yang molek itu, besoknya saat makan pagi ia perkenalkan suaminya. Suaminya tampak tidak perduli dan langsung pergi keluar rumah, dari perilakunya aku tahu suaminya sudah lama tidak menyentuhnya dan aku sangat senang karena tidak ada yang menggangguku menikmati tubuh majikanku.
Besoknya sambil kami mulai membersihkan rumah, aku mulai membersihkan dan merapikan tanaman, memberikan pupuk dan menebang dahan yang lapuk sementara Bu Vivi membersihkan rumah kadang-kadang kami bercanda sambil melakukan pekerjaan. Setiap ada kesempatan aku melirik Bu Vivi yang tampak seksi dengan celana pendek sepangkal paha dan tanktop bermotif bendera amerika yang menunjukkan keindahan payudaranya yang putih dan montok. Setelah beberapa lama, ia masuk rumah dan tidak segera kembali. Beberapa saat kemudian aku pergi ke kamar mandi, saat itu aku menemukan pakaian yang barusan dipakai Bu Vivi. Penasaran dengan apa yang dilakukan ia, aku segera pergi ke kamarnya.
Siang itu, Bu Vivi sedang tertidur di kamarnya dengan pintu terbuka, ia hanya memakai handuk warna putih. Handuk yang ia pakai tak mampu menutup lekukan tubuhnya yang seksi, rambutnya yang agak pirang indah tergerai di sofa dan pahanya yang putih tampak indah terpampang. Aku sedari tadi memperhatikan tubuh majikanku yang indah itu. Segera kudekati hingga terdengar desahan nafasnya terdengar halus. Akupun terus mendekat dan mencoba menyentuh tanganku ke gundukan dada montok milik Bu Vivi. Dengan hati-hati tanganku pun mulai meraba dengan lembut berkali-kali.
Bu Vivi tidak terbangun, sepertinya majikanku yang cantik ini sangat letih sekali akibat membersihkan rumah dari pagi. Karena mengetahui kondisi itu, dada montok itu terus saja kuraba halus berulang-ulang, bahkan sesekali kuremas-remas sehingga puting payudara Bu Vivi menonjol mengeras. Sepertinya hasrat seksualnya mulai naik. Tapi tetap saja matanya masih terpejam. Tanganku tidak berhenti sampai di situ, lalu dengan perlahan membuka sedikit ke bawah handuk yang menutupi payudara Bu Vivi, sehingga terpampanglah dua bukit kembar yang putih menantang, saking putihnya menampilkan warna kebiruan pembuluh darah Bu Vivi. Dengan puting areola yang berwarna merah jambu yang menonjol tanda rangsangan birahinya telah naik. Mungkin saat ini Bu Vivi sedang bermimpi.
Semakin lama jilatan berubah menjadi hisapan dan nafas Bu Vivi sudah tidak beraturan lagi. Desahan mulai terdengar hhhh... emmmm... hhhhh... ssssshh.... hhhmmmm. Tanganku meneruskan gerilyaannya sampai ke pusar Bu Vivi. Di bawah pusarnya tampak pemandangan indah menakjubkan, bulu jembut halus terlukis indah di atas nya. Bibir memek yang berwarna merah jambu terlihat seksi dengan tonjolan klitoris (itil)nya.. langsung saja bibir memek itu kujilati dan tonjolan itilnya kusentuh dan kutekan tekan. Desahan kenikmatan Bu Vivi terdengar lagi... uhhhhhhh... uhhh......
Wajah cantik itu terlihat sayu, mata yang masih saja terpejam seakan sedang bermimpi terus mengeluarkan desahan kepedasan mirip rintihan...
Satu jariku lalu mencoba menerobos liang memek si majikanku yang seksi ini...kutusuk dengan perlahan-lahan lalu dikeluarkan lagi lalu kumasukkan lagi terus berulang-ulang...sehingga bibir memek itu semakin lebar terbuka.
Basah pada bibir memeknya tanda rangsangan birahi telah terbakar jauh. Tusukan jemari ditambah hisapan pada itil majikanku yang seksi ini, semakin membakar birahinya. Kedua kaki Bu Vivi menegang dan seakan menjepit kepalaku. Ternyata Bu Vivi telah sampai klimaks orgasmenya yang lama dia belum pernah rasakan dan membuat lemas seluruh sendinya. Lalu pakaian Bu Vivi kurapikan kembali, dan aku pergi ke kamar mandi untuk memenuntaskan hasratku dengan celana dalam Bu Vivi. Setelah itu aku melanjutkan pekerjaanku di kebun.
Lampu Mati
Ternyata dewa keberuntungan masih bersamaku, tampak Ibu Vivi membiarkan apa yang kulakukan dan lampu di kompleks perumahan itu mati pada jam 6 sore. Ia kelihatan sangat seksi dengan daster pink dengan motif buah cherry yang terbuka di belahan dada dan rok diatas lutut, memang majikanku sangat cuek dalam berpakaian.
"Pakk ujannhgg" panggil Bu Vivi, "pak tolong idupin lampu emergency ya", "iya nak "jawabku, karena lampu emergency tak juga menyala, "napa sih pak, kok belum idup"Tanya Bu Vivi "ga tau juga ya nak.." jawab pak ujang. Ternyata lampu itu belum pernah dicas karena memang tidak pernah mati lampu. Akhirnya Bu Vivi memutuskan penerangan menggunakan lilin. aku duduk di lantai, sementara ia duduk di sofa, kami pun mengobrol tentang banyak hal. Saat Ia tertawa sering lupa menutup pahanya yang mulus itu dan membuatku makin gelisah. Dalam hatiku aku merasa ia sengaja memancingku, untuk sementara aku menahan diri dulu menunggu kesempatan.
"pak ujang jangan panggil nak, panggil aq cinta ya pak..""iya non cinta" kataku," pak ujang, cinta udah mau tidur, pak ujang mau tdur?" tanyanya, "iya non tidur aja, bapak juga mau masuk kamar", lalu kami masuk ke kamar kamu. Lampu juga tidak kunjung menyala, saat itu aku tidak bisa tidur dan memikirkan rencana berikutnya.
Hujan mulai turun tambah deras disertai petir menyambar, tiba – tiba ...
Tok tok tok rok tok... Bu Vivi mengetuk pintu kamarku. Tidak berapa lama aku membuka pintu, samar-samar terlihat Bu Vivi memakai baju tidur warna krem dengan tali tengah melingkari pinggulnya. "maaf pak menganggu, aq takut dan ga bisa tdur pak...pak ujang jaga aq ya" kata Bu Vivi penuh harap, aku terlihat bingung," mksud non cinta apa ya...bapak udah ngantuk mau tidur.."jawabnya," ya udah pak, kalau boleh aq tidur diatas bapak tidur dibawah ya..." jawabnya sekenanya. Di luar hujan semakin deras dengan petir yangz menggelegar, tampaknya ia bangun gara takut bunyi petir tersebut.
Aku mempersilahkan Bu Vivi tidur dikasurku sementara aku tidur beralaskan tikar di lantai. Setelah agak lama aku naik ke kasur, Bu Vivi tampak masih terlihat tidur meski nafasnya masih tidak beraturan, tampaknya ia berpura-pura tidur. Memang benar perkiraanku kalau birahi bu Vivi yang tadi siang kurangsang masih pada puncaknya, segera kesempatan ini ku ambil.
Aku pun naik ke ranjang, perlahan baju tidurnya kutarik dibagian kaki sampai pinggul sehingga buah pantatnya yang putih dan mulus terlihat olehku, tak lupa celana dalamnya kugunting di bagian memeknya. Aku melongo melihat memek Bu Vivi yang berwarna merah jambu dengan rambut-rambut halus disekitarnya serta aromanya yang membuat kontol yang berada di dalam celanaku tambah menegang. Lalu Aku mulai menjilati memek Bu Vivi dengan lembut, lidahku menerobos memasuki lubang memeknya, tak lama kemudian memeknya mulai terasa basah, tapi ia masih berpura-pura tidur. Dengan bernafsu aku menguak bibir memek Bu Vivi yang berwarna merah jambu dan lembab.
Badan majikanku yang seksi ini mengejang hebat saat lidahku menyeruak ke lubang memeknya dan menyapu klitorisnya. Semakin lama ibu muda berusia 23 tahun ini makin kesulitan menahan menahan erangannya ketika bibirku mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya. Setengah jam kemudian aku mulai menggesek-gesekkan kontolku di belahan memek Bu Vivi itu. Rasanya enak sekali, licin dan seperti dicucup oleh bibir memeknya. Lama kelamaan belahan memek itu makin melebar, kini aku bisa melihat sebuah lubang di bagian bawah belahan memek majikanku.
Hilang sudah akal sehatku, aku benar-benar terangsang hebat! Kontolku rasanya sudah ngilu menahan birahi sedari tadi. Perlahan-lahan aku berusaha menempatkan kontolku di depan memek Bu Vivi. Lalu kutekan pelan-pelan hingga setengah dari 'helm baja'ku masuk di dalam memek itu. Pelan-pelan aku menekankan kontolku ke memek majikanku yang seksi ini, 'helm'ku sudah masuk seluruhnya. Tak lama kemudian kontolku sudah mulai menyeruak memeknya, kini tidak hanya sebatas 'helm'nya saja, tetapi aku pelahan-lahan menekan masuk ke dalam memeknya.
"Errrghhh....mmmmm......" Sesekali Bu Vivi mengeluarkan erangan, tapi ia masih berpura-pura tidur dengan tubuh menyamping di ranjangku. Tidak kupedulikan rasa terpilin, dan agak perih di kulit kontolku. Sempit! Dengan hati-hati aku kembali menekan masuk di memeknya. Sudah setengahnya masuk. Memek majikanku semakin basah, karena liangnya masih terlalu sempit untuk kumasuki. Aku kembali menarik keluar dan berusaha menekan kembali ke dalam liang. Erangan Bu Vivi yang tertahan terdengar erotis di telingaku, walau matanya tertutup tapi kedua tangannya meremasi sprei sedangkan wajahnya memerah menahan nafsu.
Setelah beberapa kali berusaha mencoba, akhirnya kontolku berhasil terbenam seluruhnya di dalam memek Bu Vivi, bahkan masih ada bagian di pangkalnya yang masih ada di luar. Tidak bisa masuk lagi alias mentok. Aku berdiam sejenak setelah perjuanganku barusan, keringatku bercucuran, kuresapi kedutan-kedutan di seluruh dinding memek ibu muda yang seksi ini. Dapat kurasakan memeknya yang makin basah sedangkan kontolku makin mengeras dan berdenyut-denyut kencang.
15 menit kemudian aku mulai menaik dan memasukkan kontolku, dari raut mukanya Bu Vivi seolah ingin merintih dan menjerit nikmat tapi berpura-pura tidur karena menjaga harga dirinya. Dengan pelan dan lembut kontolku mengawini memeknya, sampai akhirnya Bu Vivi menangis pelan, kemudian kuusap air matanya, sambil mengawini Bu Vivi dengan lembut aku menciumnya, ia pun mulai membuka mata dan menatap sayu ke mataku.
Saat ia menatap ke bawah melihat memeknya yang putih sedang proses dikawini kontolku yang hitam besar, ia takjud melihat ukurannya kontolku, aku rasakan lubang memek Bu Vivi yang masih sempit itu makin menjepit dan meremas-remas kontolku. Kudorong kontolku hingga menyusup lebih jauh, Ia pun merintih, "Pelan² ya pak" lirih Bu Vivi, ia mulai merubah posisi menjadi terlentang sehingga aku lebih leluasa mengawininya.
Aku mulai menarik dan menusuk memeknya dengan agak cepat sambil memuji "memek non sempit banget,putih lagi, bapak suka, memek non tebel banget" pujian itu membuatnya tambah terangsang, ia pun membantuku dengan mengangkat pinggulnya yang gemulai itu menjemput kontolku yang hangat. Tanpa malu ia mendesah-desah kenikmatan saat kutindih dengan mesra, "pakkk" desisnya "...cinta mau dibuahi sama pak ujang....cinta mau hamil pak...beri cinta anak please...."
Aku memandang Majikanku dengan penuh rasa sayang. Mata kami bertatapan penuh arti, sinar hangat dari matanya yang sendu seakan berbicara 'aku sayang kamu!' Bibirnya setengah terbuka, mengeluarkan erangan-erangan yang menggairahkan. Kupercepat gerakanku, kami terus bertatapan, perasaanku sudah tidak dapat dilukiskan lagi! Rasa nikmat, rasa sayang bercampur baur jadi satu. Baru kali ini tatapan mata seorang wanita seakan menembus seluruh jantungku!
"Sssshhh.....aaaaaaahhh.....rrrrr...." Bu Vivi menggeram hebat.
Tubuh Bu Vivi mengejang, sesaat memeknya berkontraksi meremas kontolku. Lalu ser,crot crot crot. Kontolku mengeluarkan laharnya dengan banyak dalam memek Majikanku. Iapun memelukku dengan erat.Kedua kakinya diapitkan dipinggangku.Aku terkulai lemas diatas tubuhnya. Kami orgasme secara bersamaan. Kubiarkan kontolku dalam memek Bu Vivi sementara memeknya berkedut2. Sungguh sangat nikmat "...nonnn kntol bapak tidak akan bapak cabut ampe pagi ya biar non bisa hamil..." Dengan posisi kelamin kami bersatu, kami kemudian tertidur.
Dini hari aku terbangun ketika kurasakan memek Bu Vivi hendak dilepas dari kontolku, gerakan Bu Vivi yang menarik memeknya untuk melepas kontolku justru membuat kontolku bangun, dengan cepat kontolku mengeras.
"A....kh!" Bu Vivi terpekik saat ia kutarik dan kupeluk dengan kuat, tak lama kemudian terasa bau anyir air seni, ternyata tusukan kontolku membuat Bu Vivi tak mampu lagi menahan kencingnya.
"pak please nanti suamiku tau" hibanya, "Udah non Cinta jalan aja ke kamar, nanti bapak anterin". Tidak mampu membantah bu Vivi pun menggerakkan pantatnya yang semok dan putih itu dan mulai berjalan menuju kamarnya. Tanpa membuang waktu kulucuti BH yang dipakai Bu Vivi menyisakan baju tidur yang terbuka di punggungnya, dengan segera tubuh majikanku yang putih mulus ini kurangkul dan dengan segera kontol menghujam memek Bu Vivi. Sementara punggungnya yang putih mulus bagai porcelin kukenyoti hingga meninggalkan bilur-bilur warna merah bekas gigitan berwarna kemerahan.
"Aihhhh...eungghhhh...." Bu Vivi mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar,panjang dan hangat mulai menusuk memeknya melalui belakang.
Badan majikanku yang seksi ini mengejang ketika menyadari memeknya kembali dimasuki kontolku sementara ia hanya bisa pasrah. Hingga sekejap kemudian Bu Vivi merasakan batang kontolku yang jauh lebih besar dan panjang di banding milik suaminya, telah bersarang di lubang memeknya hingga menyentuh rahimnya. Badan Bu Vivi hanya mampu menggelinjang ketika aku mulai menggerakan kontolku dalam jepitan memeknya.
"Mmmfff...enak juga bersebadan sambil berdiri....nnghhh...oohhh " Ujarku di belakang Bu Vivi sambil menggerakkan pinggangku maju mundur dengan napas terengah-engah.
Tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya. Bu Vivi mulai mendesah, apalagi tangan kananku itu kini menyusup ke balik baju tidurnya dan memilin-milin puting susunya yang peka sementara kepalaku dengan ganas mulai menciumi dan menjilati keteknya yang putih bersih. Aku itu suka sekali sama ketek majikanku ini, putih bersih dan harum, menambah daya tarik tubuh mulus dan putih majikanku.
"Ayo Non Cinta....ahhhh... ...nikmati...ahh....nikmati...." Sambil kumaju mundurkan kontolku yang terjepit lubang memek ibu muda yang kesepian ini. Bu Vivi memejamkan matanya, menikmati terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu sambil berjalan ke kamarnya. Sesampai di sana, terlihat suaminya tertidur pulas.
"Angkat kakimu Non Cinta" ia pun mengangkat sebelah kakinya dan menaruhnya di atas meja rias sehingga ia berdiri dalam posisi kaki mengangkang sebelah, akupun terus saja menggenjot vagina Ibu muda yang kesepian ini sambil mencium dan melumat bibirnya yang seksi itu. Bu Vivi tak mau kalah, Ia pun maju mundur menghadapi seranganku sementara kedua payudaranya bergoyang mengikut gerakan genjotanku. Jeb.., jeb.., jebb..! Kontolku yang besar itu keluar masuk berkali-kali.. Kami sudah seakan terbang melayang sampai langit ketujuh. Mata kami merem melek, sementara tubuhku dan Bu Vivi juga bergetar dan menggelinjang keras dan basah oleh keringat.... suaminya yang ada di depannya sudah terlupakan.
Sekitar 10 menitan aku menggenjot,sesuatu mau muntah dari kontolku. Maka semakin kupercepat genjotanku. "Pakk ujannhgg ...aaduuhh...aahhh...gak tahan nih!" erang Bu Vivi, kurasakan jepitan Bu Vivi kian ketat berdenyut-denyut pada batang kontolku dan cairan kewanitaan majikankanku yang seksi ini terasa mengguyur batang kontolku yang datang bergelombang. Lalu ser,crot crot crot, Kontolku mengeluarkan laharnya dengan banyak dalam memek Bu Vivi.
Aku terkulai lemas diatas tubuh Bu Vivi, kami orgasme secara bersamaan. Kubiarkan kontolku dalam memek Bu Vivi. Memek Bu Vivi berkedut2, sungguh sangat nikmat, setelah kontolku keluar dengan sendirinya dari memek Bu Vivi, aku mencium keningnya. Aku terbaring lemas, sungguh sangat nikmat tak lama kemudian aku kembali ke kamarku dengan rasa puas.
Beberapa bulan kemudian
Tak terasa telah tiga bulan berlalu sejak hari bersejarah itu, aku dan Bu Vivi selalu bercinta bila ada kesempatan apalagi Pak Adi seperti sudah tidak perduli pada istrinya yang seksi ini. Suatu hari, suaminya mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit. Hingga berapa hari ini aku tidak dapat melakukan aksinya seperti biasa. Bu Vivi bersikap biasa-biasa saja, malah cenderung sedikit lebih diam.
Hari itu ada temanku sedang ada acara hingga aku ijin ke cuti dan dikabulkan Bu Vivi, saat teman-temanku mengajak main ke pelacuran, Aku pulang duluan dengan alasan ga enak badan maklum rasa memek PSK kalah jauh dengan memek majikanku. Ketika aku pulang Bu Vivi sudah pulang dan tengah duduk di ruang tamu dengan memakai rok mini dengan stoking hitam dan kaos ketat biru yang menunjukkan belahan dadanya yang menantang. Suaminya tidak terlihat.
"Loh..... non Cinta, gimana pak Adi kemana? Apa ia sudah membaik?"
"Belum, Pak."
"sampai sekarang belum bisa pulang juga?"
"Entahlah ....."
Kebetulan, pikirku. Jadi lebih bebas.
"Perlu dibantu?" tanyaku.
"Sudah kelar kok. Ini aku mau mandi. Belum sempat mandi dari pagi, abis tadi pagi menjaga ko Adi di rumah sakit. Siangnya kerjaan dirumah sudah numpuk. Pak Ujang yang biasanya bantu Cinta lagi cuti."
"Wah... maaf deh non. Janji ga akan lagi. Pak Ujang akan terus untuk ngebantuin non Cinta."
"sekarang bantu Cinta bersihin pelataran."
"Jangan dulu donk, non."
"tuh kan... katanya mau bantu......"
"pasti dibantu. Cuma, Pak Ujang kan belum cium Cinta."
"Ih.... Cinta belum mandi....... Udah bau nih...... dari pagi berjaga di rumah sakit...."
"Biar belum mandi, Pak Ujang tetap sayang Non Cinta. Cuma, Non Cinta kayaknya ga sayang Pak Ujang, deh."
"Loh, kok ngomong gitu?"
"Kan kemarin Pak Ujang minta Non Cinta jangan pake baju kalau kita berdua aja. Non Cinta sekarang pakai baju. Non Cinta ga sayang."
Bu Vivi hanya menggeleng sambil tersenyum. Dasar Pak Ujang nakal.
"Ada yang mau Cinta sampaikan kepada Pak Ujang terlebih dahulu."
"Apa itu, Non?"
Ia mengajak ku ke masuk ke dapur lalu kami duduk di meja makan.
"Cinta mau cerita tentang sejarah keluarga Cinta..."
Maka, ia nya mulai menceritakan sejarah keluarganya kepadaku. Tiga tahun yang lalu, ketika Bu Vivi berumur 20 tahun, ia bertemu dengan Pak Adi. Kala itu, ia kenal dengan Pak Adi dari perkumpulan gereja. Pak Adi merupakan jemaat gereja yang aktif, setelah setahun mereka berkenalan, mereka memutuskan untuk menikah bertepatan dengan saat ia lulus kuliah.
Namun setelah setahun menikah dan ketahuan mandul, Pak Adi tidak pernah menyentuh Bu Vivi lagi secara seksual. Lama-kelamaan, Bu Vivi bingung dan menanyakan ini pada Pak Adi. Akhirnya Pak Adi mengaku bahwa, sebenarnya ia menyukai lelaki. Ternyata Pak Adi itu homo. Sebenarnya Pak Adi suka lelaki dari saat ia remaja, namun karena lingkungan keluarganya yang agamis melarang dan mencaci homo, maka Pak Adi berusaha membangun keluarga. Ia berhasil berhubungan seks dengan cara membayangkan lelaki, sayang laporan medis itu menghancurkan tekadnya.
Di tempat kerjanya, Pak Adi menemukan kekasihnya. Seorang lelaki bernama Andi yang bujangan walaupun umurnya sudah empat puluh. Andi ini bekerja sebagai akuntan yang bekerja di perusahaan tempat Pak Adi bekerja. Inilah mengapa ia sering pulang malam, atau bahkan tidak pulang.
Akhirnya aku mengerti. Lalu Bu Vivi berkata,
"Kamu kan ingat, akhir-akhir ini ia makin jarang pulang?"
"Iya, non."
"Ternyata kekasihnya sangat posesif dan ingin memiliki ko Adi sepenuhnya, kecelakaaan kemarin gara mereka bertengkar di mobil."
Aku kaget. Ia tak mengira ada rahasia gelap di balik rumah tangga majikannya.
"Ada satu lagi kabar baru Pak Ujang"
"Ada apa Non Cinta ?"
"Cinta hamil. Baru kemarin Cinta tahu."
"Waduh... gimana, dong?" tanyaku takut tapi di lain pihak aku bangga juga bisa menghamili Bu Vivi.
"tenang, Pak. Barusan ada kabar kalau ko Adi sudah meninggal dan rumah ini jadi milikku sepenuhnya. Kini cuma ada kita berdua saja yang tinggal di sini."
Akupun menjadi lega, bantuan dengan kenalanku dengan mudah aku bisa menutupi kondisi Bu Vivi asal tidak ada yang tahu.
Banyak sekali yang dibicarakan kami bicarakan, sehingga kami lupa melakukan hubungan seks hari itu. Besok paginya aku melanjutkan pekerjaankun membersihkan kebun dan pelataran sementara Bu Vivi membersihakan rumah. Walaupun belum bercinta dengan Bu Vivi hari itu, Aku merasa di awang-awang. Akhirnya hubungan kami dapat dilakukan dengan leluasa.
Malam itu kami makan di ruang makan seperti biasa, hanya berdua saja. Setelah makan dan meja sudah dibereskan, aku yang sudah menahan nafsuku seharian, segera merangkul Bu Vivi dan mencium bibirnya. Majikanku yang kaget, dengan cepat membalasnya. Kamipun bercumbu di atas ranjang di kamar Bu Vivi, ia terlihat sangat cantik dengan bh dan rok pendek transaparan warna pink, ia juga memakai stoking jala yang menambah seksi kakinya yang putih mulus.
Selama ini Bu Vivi takut kalau hamil akan membuat ia ketahuan selingkuh. Tapi ternyata takdir berkehendak lain, sebelum ketahuan suaminya sudah meninggal duluan.
Aku yang sudah menahan-nahan birahi sepanjang hari, segera membuka baju dengan cepat dan membuangnya di lantai. Bu Vivi tersenyum melihat tindakanku itu. Ia lalu membuka celana dalamnya hingga memeknya yang putih dan tebal terpampang indah tanpa ganguan.
Kami berdiri berhadapan. Aku memegang kedua tangan majikanku.
"Mulai hari ini, Non Cinta adalah isteri Pak Ujang," kataku, "kita adalah suami isteri. Non Cinta sudah mengandung anak hasil hubungan kita. Pak Ujang janji akan selalu mencintai Non Cinta sampai selama-lamanya."
Bu Vivi terdiam. Hatinya berbunga-bunga. Ia tersenyum malu-malu bagaikan pengantin di malam pertama.
"Cinta selalu mencintai Pak Ujang. Cinta akan jadi isteri yang menurut, yang mengasihi Pak Ujang, merawat Pak Ujang dan memberikan apapun yang Pak Ujang minta."
Aku lalu menerkam Bu Vivi lalu menyosor bibir Bu Vivi dengan rakus. Kami berciuman sambil berdiri dengan saling berpelukan. Suara kecipak bibir beradu mengumandang. Agak lama, aku maju perlahan mendekati ranjang. Bu Vivi mengikuti gerakanku yang mendorongnya ke ranjang.
Kami berciuman sampai kami bertindihan di ranjang. Tangan Bu Vivi meremas-remas rambutku. Sementara kedua tanganku kini memegang dagu Bu Vivi dari samping. Ciuman kami basah karena lidah kami saling menari-nari berkejaran dan berbenturan. Aku menikmati cumbuan itu. Lalu aku mulai menjilati seluruh wajah Bu Vivi. Bu Vivi hanya mendesah ketika lidahku yang basah menyapu sekujur wajahnya dari jidat sampai dagu.
Lidahku kini menyapu leher Bu Vivi. Bu Vivi menggelinjang karena perasaan geli bercampur nikmat, apalagi jilatan lidahku itu terkadang disertai cupangan-cupangan yang membuat lututnya lemas. Kedua tangannya tetap meremas rambutku. Lidahku kini menyusuri dadanya, kujilati belahan dada Bu Vivi yang tertutup beha tipis berwarna pink dengan tampilan putting yang sudah menonjol keras. Dengan rakus kulahap puting kanan Bu Vivi sambil tangan kananku meremas payudara Bu Vivi yang sebelah kiri. Merasa kurang leluasa maka beha itu pun kulepas pengaitnya hingga tampak sepasang payudara montok yang seperti gunung hendak meletus. Aku menciumi kedua payudaranya, perlahan berputar mengelilingi putingnya, dan kemudian mengecup kedua putingnya.
"oohhh.. shhhh.. hhh.. " jerit Bu Vivi tak kuasa menahan nafsunya. Tampak wajah Bu Vivi makin tidak karuan, desahan-desahan halus terdengar, disusul oleh bunyi kecupan bibir dan lidahku. Aku semakin meradang, kumainkan lidahku di ujung puting kanannya, sementara kedua tanganku meremas-remasnya, mengecupnya lagi dan kemudian kuhisap perlahan, perlahan, dan kesentakkan untuk menghisapnya secara keras. Terkadang mulutku menyedot pinggir payudara Bu Vivi, bagian bawah payudara Bu Vivi, bagian atasnya, pokoknya setiap jengkal dada kanannya dijelajahi oleh lidah dan mulutku sehingga kini di sana-sini terlihat bekas cupangan.
Nasib yang sama juga dialami oleh payudara kirinya. Aku menyerang tetek kirinya dengan buas dan terkadang terlihat seakan Aku sedang makan buah atau makanan nikmat.
Kemudian kugelitik pusar Bu Vivi dengan lidahku, sementara tanganku mulai merambat dari betis Bu Vivi hingga naik keatas ke paha Bu Vivi yang sekal dan mulus tanpa cacat itu. Kuelus paha mulus majikanku yang cantik ini dengan gerakan perlahan berulang kali. Sementara lidahku mulai menjilati bagian bawah perut Bu Vivi sampai akhirnya tiba di semak belukar milik Bu Vivi. Kini Aku mulai menjilati seluruh jembut Bu Vivi bagaikan anjing yang sedang minum.
"Memek Cinta, Pak Ujangg...... jilatin memek Cinta donk......."
Tak berapa lama kemudian aku menyelusupkan wajahku diantara kedua selangkangannya, mungkin ini kali pertama aku melakukannya, kujulurkan lidahku diantara belahannya, Bu Vivi membukanya lebar-lebar, kujilati perlahan permukaan vaginanya, dan sepertinya ia semakin kehilangan kendali, menikmati sensasi yang kuberikan, memeknya mulai basah, aku terus menjilatinya, seakan ingin memberikan kenikmatan yang ingin diraihnya.
"Oooh...... Pak Ujang ........... begitu...... iya...... jilatin terus memek Cinta......... Ooooooh....... Iya...... yang keras........"
Aku mulai merogoh lubang kencing Bu Vivi dengan lidahku. Ada campuran bau pesing dan bau tubuh Bu Vivi di daerah itu. Aku memainkan klitoris Bu Vivi dengan telunjuk kananku sementara lidahku mengoyok-oyok dinding dalam memek Bu Vivi dengan bersemangat.
Tak lama kami berdua keringatan. Memek Bu Vivi telah basah kuyup karena campuran keringat dan cairan kewanitaan. Aku suka sekali memek Bu Vivi, bagaimana baunya dan rasanya di lidah menyatu menjadi suatu bau yang sangat erotis.
Bu Vivi mendekap kepalaku lalu mendorongnya hingga seluruh mulutku mampir di vaginanya. Aku menjilati dinding memek Bu Vivi dengan membuat gerakan memutar.
"Oooh...... Pak Ujang ........... begitu...... iya...... jilatin terus memek Cinta......... Ooooooh....... Iya...... yang keras........"
Akhirnya Bu Vivi sudah tidak tahan. Ia pun sepanjang hari memikirkan momen ini. Momen dimana puncak kenikmatan sejati akan kami berdua raih. Hubungan kelamin adalah puncak hubungan dua orang manusia. Dan kami sedang berusaha menggapai puncak itu. Maka Bu Vivi berkata,
"Udah dulu, Pak Ujang.... Sekarang masukkan kontolmu ke memek Cinta...... gagahi Cinta....... Setubuhi Cinta......... ayo, sayang.......... Pak Ujang...... Ayo bersatu dengan Cinta....... Kita jadi satu tanpa ada yang memisahkan kita........."
Mendengar Bu Vivi berbicara seperti itu, birahiku meledak. Aku segera bangkit lalu menuntun rudalku ke hadapan liang senggama Bu Vivi. Bu Vivi meraih ujung kontolku lalu menempatkan kepala kontolnya tepat di ujung lubang kencing Bu Vivi itu.
"Dorong, Pak Ujang......... masukkan kontolmu ke dalam memek Cinta......... inilah waktu yang kamu tunggu-tunggu...... mari bersenggama dengan Cinta.......... Entotin Cinta, Pak Ujang....... Entotin Cinta, Pak Ujang...... gagahi Cinta, Pak Ujang.......... Jajah rahim Cinta dengan pasukan spermamu, Pak Ujang...."
Aku dengan tenaga penuh mendorong pantatnya ke depan. Serta merta kontolku ambles ke dalam liang senggama Bu Vivi yang licin dan sempit itu.
"enaknya!" teriakku.
Vagina Bu Vivi yang terus dirawat empunya itu dengan senam rutin dan jamu jamuan memang rapet dan legit, membuatku merasa seperti kontolku dipelintir oleh otot vagina Bu Vivi yang terus terasa berdenyut membuat kontolku main lama makin tegang dalam gua itu. Seterusnya aku membuat posisi maju mundur menghentakkan pinggulnya, dengan napas terengah-engah menghentakan kontol besarku dan Bu Vivi pasrah saja disetubuhi sedemikan rupa, pantat wanita itu sudah terbiasa menerima sodokanku. Malahan dengan naluriah pantat Bu Vivi mengimbangi goyangan dari bawah dengan arah berlawanan, hingga menimbulkan sensasi tersendiri bagi kedua manusia itu.
Bu Vivi mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau "Oh besar sekali punyamu Pak Ujangggg...Uggghhh.... Oooh ... yeah..". Aku dengan gencar mengocok kontolku didalam vagina yang mulai basah itu.
Di lain pihak, Aku kini asyik menyusui payudara kiri Bu Vivi. Kusedoti pentil Bu Vivi yang telah tegak berdiri terkadang dari pentil itu keluar air susunya, sesekali lidahku menyapu secara memutar di puting majikanku yang seksi ini. Ia yang sekarang sudah terbebas dari perasaan takut akan suaminya, kini secara lepas mengerang, merintih bahkan bersuara keras menikmati hujaman demi hujaman kontolku yang menggagahi memeknya berulang-ulang.
"Pak Ujang yang baik........ entoti Cinta, Pak Ujang....... Entoti yang keras........... pakailah Cinta sesukamu, Pak Ujang...... gagahi Cinta terus....... Tusukkan kontolmu keras-keras di memek Cinta......... aaaaahhhhhh........... terus, Pak Ujang...... terus, sayaaaaang........ jangan berhenti......."
Kamar tidur yang seharusnya menjadi peraduan Bu Vivi dan suaminya kini dipenuhi suara erangan dan seruan kenikmatan ibu muda yang seksi ini ditambah dengan suara selangkangan yang beradu. Memek Bu Vivi memancarkan bau tubuh perempuan yang sedang birahi selain itu aroma ketiaknya juga memperjelas bau tubuhnya itu, apalagi setelah beberapa menit ia berkeringat deras. Aku pun kini mandi keringat. Bau tubuhku dan bau tubuh majikanku membaur dan menguasai kamar Bu Vivi. Kamar ini kini penuh dengan aroma seks.
Aku dapat merasakan tubuhku mengeluarkan peluh, sementara tubuh Bu Vivi juga sudah licin karena basah oleh keringat juga. Keringat kami kini bercampur saling menempel di kulit masing-masing. Tubuh Bu Vivi memang dibuat untuk kuentot. Tubuh Bu Vivi terasa halus dan empuk dan hangat, sementara memek Bu Vivi serasa sangat pas bagi kontolku. Seakan-akan kontolku telah memasuki suatu cetakan yang tepat sekali ukurannya.
Aku merasa melayang di langit ketujuh, aku sungguh menikmati persetubuhanku dengan Ibu muda yang cantik ini. Bau tubuh Bu Vivi selalu memabukkan diriku, kini memek Bu Vivi juga menjadi sesuatu yang seperti candu bagiku. Aku merasa tidak akan pernah bosan ngentotin Bu Vivi.
Mulutku kini kembali menjelajah setiap jengkal payudara Bu Vivi. Segala hal yang dapat kulakukan untuk merasakan kulit payudara Bu Vivi telah dilakukannya. Menjilat, menyedot, mengecap, mencupang bahkan menggigit perlahan telah kulakukan terhadap payudara putih mulus dan montok itu.
Setelah payudara kiri Bu Vivi itu telah habis kujelajahi, meninggalkan bekas cupang di sana sini dan air liur yang bercampur dengan keringat kami, Aku lanjut mengeksplorasi payudara Bu Vivi yang satu lagi.
Bu Vivi merasa bahagia sekali. Ia akhirnya dapat berhubungan badan denganku tanpa takut apa-apa lagi. Kabar meninggalnya suaminya menambahkan perasaan euphoria bagi Bu Vivi. Kini ia tidak menahan-nahan nafsunya lagi melainkan melepaskan segala birahinya denganku. Telah setahun Bu Vivi hidup tanpa dijamah lelaki, kini adalah saatnya untuk menggantikan semua waktu yang lewat di mana tak ada belaian pria baginya.
Kini, tukang kebunnya pria yang barusan masuk kedalam kehidupannya, menjadi pemuas birahi baginya. Bu Vivi dan diriku menjadi satu. Tidak ada penghalang satupun di antara kami. Kedua organ intim kami menjadi satu, mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan ke seluruh tubuh, mematikan segala logika di otak dan meniadakan suara hati.
Ku medekap Bu Vivi dari atas, memeluk seolah tak mau melepaskan wanita cantik itu. Dan Bu Vivi pun tak kalah, tangannya memeluk bahuku yang menindihnya dan sesekali mencakar punggungku, yang malahan merasakan sensasi tersendiri dengan cakaran kuku Bu Vivi di punggungnya. Dan lidahku terus sibuk menciumi dan menjilati leher hingga telinga Bu Vivi, sambil terus menyodok dari atas. Tangan aku mengunci kedua tangan Bu Vivi dengan cara mengapit lengan Bu Vivi dengan lenganku yang berotot.
Sementara kedua paha Bu Vivi telah terkangkang hingga makin memudahkan penis aku hilir mudik menggenjot vaginanya. Dengusan yang terdengar dari mulut Bu Vivi setiap merasakan genjotannya itu makin membuatku terpacu untuk mempercepat gerakannya pinggulku. Suara berkecipak terdengar setiap kali badanku membentur badan Bu Vivi, di sela-sela desah dan eranganya. Majikanku yang seksi ini merintih dan mengerang begitu jalang merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh badannya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot-ototnya menegang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan yang tak terlukiskan. Dengan mata merem melek, Ibu muda ini mengerang dan merintih penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi
Iapun memelukku erat-erat pada kedua tangan dan kakinya sambil berkata,
"Cinta sampeeeeeeeee................................... Pak Ujangggggggggggggg........"
Dinding vagina Bu Vivi berkedut-kedut seakan mulut yang membuka menutup. Aku yang juga mendekati klimaks sebelum Bu Vivi orgasme, menjadi tak tahan lagi. Sensasi memek Bu Vivi yang membuka menutup itu mengirimkan sinyal yang kuat pada tubuhku. Akhirnya tak berapa lama setelah Bu Vivi mulai orgasme, Aku pun mencapai puncak kenikmatan itu. Kontolku melepaskan air mani ke dalam rahim Bu Vivi yang sudah terisi janin, janin yang didapat dariku. Aku menekan dalam-dalam kontolku pada memek Bu Vivi yang sedang kontraksi, sehingga selangkangan kami menempel keras.
Bu Vivi yang sedang orgasme merasakan kontolku menekan keras, gerakan hujaman itu, ditambah dengan dorongan pantat Bu Vivi sendiri membuat sedikit ujung kontolku melewati liang senggamanya. Hampir setengah senti kontolku menembus liang senggamanya dan mencapai ke dalam rahimnya. Kemudian Bu Vivi merasakan kontolku itu menumpahkan spermanya langsung ke dalam rahimnya.
"Pak Ujaaangggg di rahim Cintaaaaaaaaaaa.......... Pak Ujaaangggg masuk ke rahim Cinta lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..."
Aku dapat merasakan sedikit ujung kontolku melewati lingkar lubang kencing Bu Vivi. Rupanya kontolku telah masuk begitu jauhnya dan sampai di rahim Bu Vivi. Saat itu aku dapat merasakan tubuh Bu Vivi, terutama pinggul ke bawah bergetar seakan menggigil, lubang vagina Bu Vivi mencengkram batang kontolku dengan kuat sekali, saat itulah kulepaskan pejuku di dalam rahim Bu Vivi.
"lobang memek Non Cinta pepet bangeeeeeeeeeeet........ Aku ngecrooooooot................ Aku ngecrotin Cintaaaaaaaaaaa........... terima maniku, Nonnnnnnnnnnnn ......................"
Bu Vivi terkulai lemas dibawah tubuhku, yang mendekap tubuh Bu Vivi dari atas. Kami berdua terlihat mengatur nafas kami yang ngos ngosan akibat bertempur. Bu Vivi yang merasa benar-benar terpuaskan olehku memeluk erat tubuh kekarku hingga kedua payudaranya melekat di dada berototku. Aku telah membuat sukmanya serasa terbang keawang awang dan tubuh kami berdua telah bersimbah keringat birahi.
Bu Vivi menciumi ubun ubunku dengan perasaan puas tiada kentara. Tubuhnya terasa licin akibat keringatnya bercampur keringatku. Sementara penisku masih bersarang di dalam gua kenikmatannya, Ibu muda yang seksi ini ingin benda itu tetap disana, sampai rasa hangat yang menghantam rahimnya itu hilang.
Kehidupan Bu Vivi kini berbeda, sekarang ia yang bahagia luar dalam. Walaupun tidak terlalu mengenal almarhum suaminya, aku berterima kasih karena kini tubuh Istrinya yang seksi bisa kurasakan kapanpun dan dimanapun.
Komentar
Posting Komentar